11.09.2022

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

 BAB I

PENDAHULUAN

A.    Konteks Penelitian

Kemajuan sekolah sebagai lembaga pendidikan tempat generasi muda bangsa belajar adalah suatu keharusan yang tidak bisa ditunda tunda. Zaman yang semakin hari semakin mengkhawatirkan menuntut sekolah untuk sigap menghadapi situasi apapun, tidak boleh minder ataupun kehilangan kepercayaan dan keyakinan diri, serta harus selalu proaktif melakukan perubahan untuk adaptasi, akomudasi, dan kolaborasi dengan pihak lain dengan satu visi dan misi ke depan.[1]

Namun, untuk melakukan program besar ini ternyata tidak mudah. Dan, orang yang paling berpengaruh terhadap program besar ini adalah Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab utama eksistensi dan dinamika sekolah. Kepala Sekolahlah yang akan menggerakan mesin Sekolah, termasuk mau diarahkan ke masa Sekolah itu, tujuan apa yang hendak dicapai, strategi apa yang akan digunakan, siapa yang diajak bekerja sama untuk mewujudkan cita-cita besar Sekolah, dan sistem apa yang akan dibangun untuk menggapai prestasi besar dimasa depan.[2]

Sekolah sebagai suatuintitusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan. Bukan hanya dijadikan sebagai tempat berkumpul antar guru atau pendidik, melainkan suatu sistem yang sangat kompleks dan dinamis.[3] Sebagai lembaga pendidikan tempat terjadinya proses pembelajaran, maka dalam mengelola organisasi memerlukan kebajikan manajemen dan kepemimpinan yang dapat memberi ruang bagi tumbuh dan berkembangnya kreatifitas dan inovasi.[4]

Dalam sebuah sekolah, kepala sekolah merupakan jabatan tertinggi di sekolah sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukan pada tempat paling atas.[5] Kepemimpinan menjadi penentu utama terjadinya peroses dinamisasi sekolah. Kepala sekolah merupakan orang yang diberi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola sekolah, menghimpun, memanfaatkan, dan menggerakkan seluruh  potensi sekolah secara optimal untuk mencapai tujuan.[6] Kepala sekolah merupakan montor penggerak, penentu arah kebajikan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan.[7]

Selain kepala sekolah, guru juga sangat penting peranannya dalam mensukseskan tujuan lembaga pendidikan karena guru merupakan kunci sukses output lembaga pendidikan. Guru juga memiliki peranan sangat penting dan strategis dalam membimbing peserta didik ke arah kedewasaan, kematangan, dan kemandiran, sehingga guru sering dikatakan sebagi ujung tombak pendidikan.[8]

Oleh karena itu kinerja guru sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar yang ada didalam suatu lembaga pendidikan. Dalam proses pembelajaran guru sangat berpengaruh pada siswa dalam menerima materi. Maka perilaku kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan menujukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun secara kelompok. Prilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasikan individu untuk bekerja sama dalam kelompok dan dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.[9]

Keberhasilan organisasi pendidikan sangat dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan. Dengan kata lain, sebuah organisasi dapat lebih berhasil dari organisasi lain karena di pengaruhi oleh ke unggulan pemimpinnya.[10] Untuk itu visi dan misi yang jelas sangat di butuhkan, sekolah tanpa visi dan misi yang jelas tidak akan berarti, karena tidak memiliki tujuan yang jelas sebagaiman seharusnya akan melangkah ke depan. Disinilah peran kepala sekolah sangat dibutuhkan untuk memajukan sekolah yang dipimpin.

Kegiatan yang utamapendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuan adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktifitas organisasi pendidikan bermuara pada pencapaian efisien dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi adalah salah satu peroses yang di rancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervesor dalam mempelajari tugas sehari hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberi layanan yang lebih baik kepada orang tua siswa dan sekolah, serta berupaya untuk menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang efektif.

Kepala sekolah sebagai supervesor dapat dilakukan secara efektif antara lain memulai dengan diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicara individual, dan simulasi pembelajaran.[11] Selain itu fungsi kepala sekolah sebagai supervesor pendidikan adalah menolong guru agar mampu melihat persoalan yang dihadapi, sehingga guru dapat memecahkan problem yang mereka hadapi.[12]

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang satu sama lain berbeda. Hal tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus dari pimpinannya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinarjanya. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas kerja, perlu diperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.[13]

Kondisi sekolah yang dapat memberikan rasa puas bagi guru jelas agar berdampak pada prilaku dan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai agen pembelajaran.[14] Dalam melaksanakan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, dan memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan agar tercipta tujuan yang diinginkan sekolah.[15]

Pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja seseorang guru akan tampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Kinerja dapat dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan tugas dan cara/kualitas dalam melaksanakan kegiatan/tugas tersebut.[16]

Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan profesional guru, guru membutuhkan bimbingan dari kepala sekolah, supervesor, mampu teman sejawatnya. Sebagai tenaga profesional, guru merupakan tenaga penggerak, pembaharuan yang mengerti akan prinsip-prinsip dan tujuan pendidikan. kemampuan kepala sekolah memperkenalkan teknik-teknik pembelajaran akan membantu guru mencapai tujuan pendidikan.[17]

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Islam Abhariyah pada kepemimpinan kepala sekolah. Dalam proses Kepemimpinan Kepala Sekolah untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah. Peneliti melihat dan mewawancarai kepala sekolah dan beberapa guru tentang bagaimana kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinanya di SMA Islam Abhariyah itu sendiri.[18]

Sekolah SMA Islam Abhariyah mempunyai visi dan misi mencetak insan yang cerdas, trampil dan bertaqwa, melalui pembelajaran para guru-guru oleh pimpinan kepala sekolah SMA Islam Abhariyah, kepala sekolah harus menggunakkan kepemimpinan yang bijaksana supaya para guru dan peserta didik  sehingga pendidikan dapat terealisasikan dengan baik. Akan tetapi realita peneliti melihat dalam proses kepemimpinan kepala sekolah masih belum terealisasikan dengan sempurna. Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik lebih dalam tentang “ Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abahariyah Tahun Pelajaran 2019/2020”

 

B.    Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a.     Bagaimanakah Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020 "

b.     Apakah kendala-kendala yang dialami kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

c.     Bagaimanakah upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam  mengatasi kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

C.    Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.     Tujuan Penelitian

           Adapun tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :

a.     Untuk mengetahui Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020"

b.     Untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

c.     Untuk mengetahui upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi kendala peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020 "

2.     Manfaat Penelitian

            Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang mendalam dan komperehensif tentang gaya kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020 . Idealnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa kepentingan, di antaranya:

a.     Kegunaan Teoritis

1)    Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu tambahan ilmu pengetahuan khususnya yang menyangkut tentang gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan.

2)    Dihrapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai pentingnya gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu Pendidikan.

b.     Kegunaan Praktis

1)    Penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi lembaga yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

2)    Menjadi sumber informasi bagi peneliti lain dari semua pihak berkepentingan.

3)    Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengelola pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

c.     Kegunaan bagi peneliti

1)    Menambah ilmu dan pengelaman penulis dalam meningkatkan mutu pendidikan.

2)    Menambah motivasi dalam keikutsertaan peneliti dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020.

D.    Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1.     Ruang lingkup penelitian

Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang diteliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada masalah: Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Mutu Pendidikan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Islam Abhariyah, tepatnya di Jln. Rengganis Raya Jerneng Terong Tawah Kec. Labuapi Lombok Barat.

2.     Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Islam Abhariyah, Jerneng Desa Terong Tawah Kec. Labuapi Lombok Barat. Pengambilan lokasi ini diharapkan dapat memudahkan dalam pencarian dan mengumpulkan data bagi peneliti. Melihat Kepemimpinan Kepala Sekolah sangat dibutuhkan dalam menujukkan atau meningkatkan mutu pendidikan agar proses belajar siswa-siswi berjalan semaksimal mungkin.

E.    Telaah Pustaka

            Telaah pustaka adalah penelusaran terhadap karya karya ilmiah yang terdahulu terkait dengan penelitian yang hampir sama. Untuk menghindari duplikasi, plagiasi agar menjamin keaslian dan keabsahan dari penelitian yang dilakukan maka disini peneliti melampirkan beberapa judul yang terkait dengan judul angkat peneliti :

1.     Suji Astutiningsih (2013) dalam skripsinya  yang  berjudul Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMA Darul Nadwah Dasan Ketujur  Tahun  Pelajaran  2013/2014”[19]. Dalam skripsi ini dibahas tentang Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMA Darul Nadwah Dasan Ketujur  Tahun  Pelajaran  2013/2014. Hasil yang dicapai dalam upaya yang dilakukan kepala sekolah tersebut jika terlihat dari kompotensi personal/pribadi, sosial, personal dan pedagogik guru SMA Darul Nadwah sudah bisa dibilang baik.

2.     Zamroni Ahmad dalam skripsinya yang berjudulPeran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Untuk  Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Fiqh di  SMA Darul Fallah Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011”[20]. Skripsi ini membahas tentang Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Untuk  Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Fiqh di  SMA Darul Fallah Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011. Hasil dari peningkatan kompotensi guru Fiqh yang dilakukan kepala sekolah dengan kunjungan kelas, pertemuan individu dan penataran dapat membantu guru fiqh meningkatkan kompotensi profesionalnya.

3.     Tatik Isbandiyah (2014) dalam skripsinya yang berjudulProfesionalisme Guru dan Aplikasinya Dalam pengajaran PAI di SMPN 1 Praya Barat Daya Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok TengahTahun Pelajaran 2011/2012”[21]. Skripsi ini membahas tentang Penerapan Kompotensi Profesionalisme Guru dan Aplikasinya Dalam pengajaran PAI di SMPN 1 Praya Barat Daya Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok TengahTahun Pelajaran 2011/2012. Hasilnya bahwa guru PAI di SMPN 1 Praya Barat Daya sudah dapat menguasai kompotensi profesional dan menerapkannya dalam pelaksanaan pengajaran PAI.

Tabel 1.1

Telaah Pustaka

No

Nama peneliti

Judul

Pendekatan

Hasil proposal

1

Suji Astutiningsih

Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMA Darul Nadwah Dasan Ketujur  Tahun  Pelajaran  2013/2014

Induktif

Hasil yang dicapai dalam upaya yang dilakukan kepala sekolah tersebut jika terlihat dari kompotensi personal/pribadi, sosial, personal dan pedagogik guru SMA Darul Nadwah sudah bisa dibilang baik

2

Zamroni Ahmad

Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Untuk  Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Fiqh di  SMA Darul Fallah Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011

Deduktif

Hasil dari peningkatan kompotensi guru Fiqh yang dilakukan kepala sekolah dengan kunjungan kelas, pertemuan individu dan penataran dapat membantu guru fiqh meningkatkan kompotensi profesionalnya.

3

Tatik Isbandiyah

Profesionalisme Guru dan Aplikasinya Dalam pengajaran PAI di SMPN 1 Praya Barat Daya Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok TengahTahun Pelajaran 2011/2012

Induktif

Hasilnya bahwa guru PAI di SMPN 1 Praya Barat Daya sudah dapat menguasai kompotensi profesional dan menerapkannya dalam pelaksanaan pengajaran PAI.

 

Berdasarkan tinjauan pustaka tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti yang akan dilaksanakan penulis memiliki perbedaan dengan hasil penelitian diatas. Peneliti ini lebih menyoroti tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, disamping itu lokasi dan subjek yang diteliti juga berbeda dengan penelitian penelitian diatas.

Dalam skripsi ini membahas tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA. Melalui pembahasan skripsi ini, penulis mencoba mengkritisi kinarja kepala sekolah dalam meningkatkan mutu seorang pemimpin dengan ketentuan kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi pidagogik sehingga menghasilkan guru-guru yang berkualitas dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Karena guru merupakan gerda terdepan dari implementasi kurikulum, tanpa didukung mutu guru yang memenuhi syarat, maka semuanya akan sia-sia. Oleh karena itu, keadaan kepala sekolah yang profesional itu sangat diharapkan.

F. Kerangka Teoritik

1.     Kepemimpinan

a.     Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan proses mengaruhi prilaku orang lain sebagai usaha pencapaian sebuah tujuan. Proses ini bisa terjadi dimanapun tanpa dibatasi oleh siapa pelaku didalamnya. Pada umumnya proses memengaruhi ini dilakukan oleh seorang pemimpin terhadap bawahannya. Pemimpin mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena tidak hanya sebagai pemberi perintah atau dapat juga sebagai pengatur serta penunjuk arah bagi orang yang mengikutinya agar tetap dijalan yang lurus dan benar.[22]

b.     Teori-Teori  Kepemimpinan

1)    Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan  bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian adalah:

a)     Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.

b)    Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.

c)     Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif.

2)    Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku sebagai berikut :

a)     Konsiderasi Dan Struktur Inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri  ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

b)    Berorientasi Kepada Bawahan Dan Produksi

perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.[23]

3)    Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian adalah sebagai berikut :

a)     Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas.

b)    Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan.

c)     Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan.

d)    Norma yang dianut kelompok kendali.

e)      Ancaman dari luar organisasi.

f)      Tingkat stress.

g)    Iklim yang terdapat dalam organisasi

2.     Kepala Sekolah

a.   Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah terdiri dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah”. Kata “Kepala” dapat di artikan “ketua”atau “Pemimpin” dalam suatu organisasi atau lembaga. Sedangkan Sekolah adalah sebuah lembaga yang dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.

Menurut Wahjosumidjo. Kepala Sekolah dapat difinisikan sebagai “ sorang tenaga fungsional guru yang diberikan tugas untuk memimpin suatu sekolah, dimana yang diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.

Dari definisi tersebut di atas, secara sederhana pengertian Kepala Sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Dengan ini kepala sekolaha dapat disebut sebagai pemimpin di satuan pendidikan yang tugasnya menjalankan manajemen satuan pendidikan yang dipimpinnya[24].

Sekolah adalah organisasi yang konpleks sehingga memerlukan tingkat keordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu Kepala Sekolah yang berhasil mencapai tujuan Sekolah, serta tujuan dari individu yang ada dalam lingkungan Sekolah, harus memahami dan menguasai peranan organisasi serta hubungan kerja sama antar individu. Untuk membantu agar Kepala Sekolah dapat mengorganisasikan Sekolah secara tepat, maka diperlu adanya satu esensi pemikiran yang teoritis. Kepala Sekolah juga perlu memahami teori organisasi formal yang akan bermanfaat untuk menggambarkan hubungan kerja sama antar struktur dan hasil sebuah Sekolah.

Dengan memahami teori tersebut, maka akan sangat bermanfaat untuk Kepala Sekola untuk memperbaiki organisasi dan oprasisionalisasi Sekolah. Kepala Sekolah adalah orang yang sangat menentukan fokus dan suasana Sekolah. Oleh karena itu, keberasilan suatu Sekolah adalah Sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.

Pemimpin Sekolah adalah orang yang banyak mengetahui tentang tugas-tugasnya dan yang menentukan suasana untuk Sekolah mereka. Uraian tersebut menegaskan betapa penting kualitas kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mencapai keberasilan suatu Sekolah.

Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus mampu :

1.   Menimbulkan kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri pada bawahan dalam melaksanakan tugas masig masing.

2.   Memberi bimbingan dan mengerahkan para bawahan serta memberi dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.

Apabila Kepala Sekolah ingin berhasil dalam menggerakkan bawahannya maka Kepala Sekolah harus :

a)   Menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa.

b)  Mampu melakukan tindakan yang melahirkan kemauan untuk bekerja dengan semangat dan percaya diri.

c)   Mampu membujuk bawahan, sehingga bawahan yakin apa yang dilakukan adalah benar.[25]

Dalam hal ini Kepala Sekolah mempunyai peran yang sangat penting demi mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kepala Sekolah disini berperan sebagai kekuatan sementara yang menjadi kekuatan penggerak sebagai kehidupan Sekolah. Oleh karena itu, Kepala Sekolah harus memahami tugas dan fungsinya demi keberasilan sekolah, serta memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.

b. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah

Kepala Sekolah sebagai pemimpin (leader) harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan mendelegasikan tugas[26]. Wahjosumidjo mengemukakan bahwa Kepala Sekolah sebagai pemimpin (Leader) harus memiliki karekter khusus yang mencangkup kepribadian , keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profisional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan yang harus diwujudkan oleh Kepala Sekolah sebagai pemimpin (leader) dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi Sekolah, kemampuan mengambil keputusan dan kemampuan berkomunikasi.

Kepribadian Kepala Sekolah sebagai pemimpin (Leader) akan tecermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang setabil dan teladan.

Pengetahuan Kepala Sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin dalam kemampuan memahami kondisi tenaga kependidikan (guru dan non guru), memahami kondisi dan karekteristik peserta didik, menyusun program pembanguunan tenaga kependidikan, menerima kemasukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya.

Pemahaman terhadap visi dan misi Sekolah tercermin dalam kemampuannya untuk mengmbangkan visi dan misi Sekolah serta melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan. Kemampuan mengambil keputusan tercermin dari kemampuannya dalam mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di Sekolah untuk kepentingan internal maupun kepentingan eksternal Sekolah.

Kemampuan berkomunikasi tercermin dari kemampuannya untuk berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan dan sebagainya. Dalam implementasinya, Kepala Sekolah sebagai pemimipin (Leader) dapat dianalisis dari tiga sifat kepemimpinan yaitu demokratis, otoriter, dan laissez-faire[27]. Ketiga sifat tersebut sering dimiliki secara bersamaan oleh seorang pemimpin (Leader) sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, sifat-sifat tersebut muncul secara situasional. Oleh karena itu, Kepala Sekolah sebagai pemimpin (Leader) bersifat demokratis, otoriter.

                Miskipun Kepala Sekolah ingin selalu bersifat demokratis, tetapi sering sekali situasi dan kondisi menuntut untuk bersifat lain, misalnya harus otoriter. Dalam hal ini sifat kepemimpinan otoriter cepat digunakan dalam pengambilan suatu keputusan.

                Dengan ketiga sifat yang dimiliki Kepala Sekolah sebagai pemimpin (Leader) maka dalam menjalankan roda kepemimpinannya di Sekolah, Kepala Sekolah dapat menggunakan strategi yang tepat, sesuai dengan tingkat kematangan tenaga kependidikan dan kombinasi yang tepat antara prilaku tugas dan prilaku hubungan. Strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam gaya mendikte, menjual, melibatkan, dan mendelegasikan.[28]

                Gaya mendikte digunakan ketika para tenaga kependidikan berada dalam tingkat kematangan rendah, sehingga perlu petunjuk pengawasan yang jelas. Gaya ini disebut gaya mendikte karena pemimpin dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan, dan dimana tugas dilakukan.

                Gaya menjual digunakan ketika dimana kondisi tenaga kependidikan di Sekolah berada pada taraf rendah sampai moderat, sehingga mereka telah memiliki kemauan untuk meningkatkan kualitas profesionalismenya tetapi belum didukung oleh kemampuan yang memandai. Gaya ini disebut menjual karena pemimpin banyak memberikan petunjuk.

                Gaya melibat digunakan ketika tingkat kematangan tenaga kependidikan berda pada taraf kematangan moderat sampai tinggi, ketika mereka mempunyai kemampuan tinggi tetapi kurang memiliki kemampuan kerja dan kemampuan kepercayaan diri dalam meningkatkan profisionalismenya. Gaya ini disebut karena Kepala Sekolah dengan tenaga kependidikan lain dengan bersama sama berperan dalam proses pengambilan keputusan.

                Gaya mendelegasi digunakan Kepala Sekolah jika kependidikan telah memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghadapi suatu persoalan, demikian kemauan untuk meningkatkan profesionalismenya. Ini disebut dengan mendelegasikan karena para tenaga kependidikan dibiarkan melaksanakan kegiatan sendiri, melalui pengawasan umum, karena mereka berada pada tingkat kedewasaan yang tinggi.

                Dalam “buku administrasi pendidikan” aswarni sudjud ddk. Menyebutkan fungsi Kepala Sekolah sebagai pemimpin adalah :

1.   Perumus tujuan dan pembuat kebijaksanaan Sekolah

2.   Pengatur tata kerja Sekolah yang mencangkup :

a.     Megatur pembagian tugas dan wewenang

b.     Mengatur tugas pelaksana

c.     Menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinir)[29]

Kepemimpinan adalah foktor pentng dalam menggerakakan orang lain untuk menjalankan kegiatan administrasi atau manajemen. Sebab kepemimpinan ini adalah yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim dan kerja yang mendukung pelaksanaan proses administrasi secara keseluruhan. Kesalaha dalam Kepemimpinan dapat melibatkan gagalannya organisasi dalam misinya. Olehkarena itu Kepemimpinan menepati posisi yan sangat penting dalam kegiatan administrasi dan manajemen atau disebut juga inti dari manajemen.[30]

Kepemimpin atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang dipimpin agar mereka mau kerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan organisasi.[31]

Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk, pengarahan, pengawasan dan mampu meningkatkan kemauan tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesionalisasi guru. Untuk mencapai hal tersebut, Kepala Sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap-tahap manajemen sebagai berikut :

1.   Perencanaan (Plaining)

Perencanaan sebagai fungsi dasar diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya, karena perencanaan merupakan dasar dan titik tolak dari pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya dan perencanaan memberikan gambaran menyeluruh tentang alternatif tindakan yang akan di ambil oleh organisasi.

Dalam merancang suatu lingkunan organisasi pendidikan yang memungkinkan terjadi kerja sama anggota kelompok secara efektif, maka tugas yang sangat esensial adalah berusaha membatasi tujuan dan sasaran yang akan dicapai, metode kerja dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan. Jika kelompok dapat bekerja secara efektif, maka para anggota kelompok itu harus mengetahui tugas tugas yang akan mereka kerjakan.

Perencanaan pada hakekatnya adalah proses pemikiran yang sistematis, anlisis yang resional mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya, dan kapan kegiatan di laksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan efektif dan efesien dan proses pendidikan itu dapat memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat.[32]

Tujua dari perencanaan adalah :

1.   Standar pengawasan yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya.

2.   Mengetahui kapan pelaksanaannya dan selesainya suat kegiatan.

3.   Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya) baik kualifikasinya maupun kualitasnya.

4.   Mendapat kegiatan yang sistematis, termasuk biaya dan kualitasnya.

5.   Mendetiksi hambatan atau kesulitan yang akan ditemui.

6.   Mengarahkan pada mencapaian tujuan.[33]

Manfaat dari perencanaan adalah :

a)   Agar kegiatan berjalan dengan sesuai organisasi

b)  Dapat memberi petujuk bagi setiap personil khususnya pemimpin organisasi untuk mengadakan pengawasan dan menilai setiap kegiatan yang di lakukan.

c)   Sesuai dengan petujuk dan pengawasan tersebut maka pemimpin dapat melakukan pembinaan organisasi secara terarah dan sesuai arah kebutuhan yang dirasakan.[34]

Salah satu fungsi utama yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah adalah menyusun perencanaan. Perencanaan adalah salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga bagi setiap kegiatan, baik perseorangan maupun kelompok. Tanpa perenanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan bahkan mungkin kegagalan.

Keputusan terhadap rencana atau program tahunan di SMA Islam Abhariyah ini berkenaan dengan pengelolaan tenaga pendidikana antara laian :

1.   Penyusunan program kerja

Menurut hasil wawancara dengan bapak kepala sekolah, dalam menyusun program pengajaran terkait dengan hal tersebut adalah mengatur kebutuhan tenaga guru, pembagian tugas mengajar guru, pengadaan buku pengajaran, alat pengajaran, penyusun pengajaran dan lain sebagainya.

2.   Merencanakan pengembangan tenaga kependidikan

Perencanaan pengembangan guru di SMA ini antara lain:

a.   Memberi kesempatan untuk mengikuti diklat

b.   Mengirim guru untuk mengikuti MGMP

c.   Mengikutsertakan guru pada kegiatan penataran dan seminar.

3.   Perencanaan sarana dan prasarana

Dalam memelihara sarana dan prasaranan, kegiatannya meliputi :

a.   Menentukan kebutuhan

Menentukan sarana apa yang dibutuhkan berdasarkan kepentingan SMA itu sendiri.

b.   Proses pengadaan

Pengadaan sarana di SMA ini didasarkan pada dana yang dialokasikan setiap bulan, untuk pengadakan atau perbaikan sarana dan prasarana tersebut.

4.   Penyusunan tata tertib bagi guru dan pegawai SMA Islam Abhariyah. Dengan penyususnan tata tertib ini, sekolah bertujuan meningkatkan disiplin guru, membiasakan hidup tertib sehingga dapat menjadi taladan bagi siswa dan agar tercipta suasan yang harmonis.

5.   Merumuskan rencana evaluasi

Yang dimaksud dengan evaluasi disini adala merumuskan bagaimana cara melakukan penilaian dan berapa kali harus dilakukan. Teknik yang digunakan kepala sekolah dalam mengevaluasi ini adalah dengan mengadakan rapat, kunjungan kelas yang dilakukan sekali dalam dua minggu dan penyampai laporan yang dilaksanakan dalam sebulan sekali.

2.   Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian meliputi kegiatan membagikan tugas-tugas kepada orang terlibat dalam kerja sama pendidikan. Pengorganisasian ini dilaksanakan untuk mengatur sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur-unsur manusia, sehingga pekerjakan dapat diselesaikan dengan sukses.  

Organisasi merupakan fungsi administrasi dan manajemen yang penting pula disamping perencanaan. Selain sebagai alat, organisasi dapat dipandang sebagai wadah atau struktur sebagai proses. Sebagai lembaa atau wadah, organisasi merupakan sebagai tempat administrasi itu dilaksanakan. Jika organisasi itu dipandang sebagai proses maka organisasi merupakan kegi    atan kegiatan menyusun, dan menetapkan hubungan kerja antara personel. Kewajiban, wewenang dan tanggung jawab masing masing bagian atau personel yang termasuk di dalam organisasi itu disusun dan ditetapkan pola pola kegiatan yang tertuju pada tercapai tujuan tujuan yang telah ditetapkan.[35]

Kepala sekolah perlu menyusun organi sekolah yang dipimpinnya dan melaksanakan pembagian tugas dan wewenang kepada guru guru dan pegawai sekolah sesuai dengan struktur organisasi sekolah yang telah disusun dan disepakati bersama.

Untuk menyusun organisasi sekolah yang baik, maka perlu diperhatikan prinsip prinsip sebagai berikut :

a)   Mempunyai tujuan yang jelas, (b) Para anggota menerima dan memahami tujuan tersebut, (c) Adanya kesatuan dalam tindakan dan pikiran, (d) Adanya keseimbangan antara wewenang dan taggung jawab seseorang dalam organisasi itu, (e) Adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai kemampuan, keahlian atau bakat masing-masing, (f) Struktur organisai hendaknya disusun sederhana mungkin, sesuai dengan kebutuhan koordinasi, pengawasan dan pengandalian, (g) Garis garis kekuasan dan tanggung jawab serta tata kerjanya jelas tergambar didalam organisasi.[36]

Melalui organisasi tersebut, maka pembagian kerja dapat menjadi jelas. Kepala sekolah harus memperhatikan pengelolaan fungsi organisasian yaitu pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang disusaikan dengan pengalaman, bakat, minat, pengetahuan dan kepribadian masing masing orang yang diperlukan dalam menjalankan tugas.

Demikian juga mengenai penetapan guru guru dalam mengajar, harus sesuai dengan bakatnya. Sehubungan dengan itu, maka upaya yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam hal ini adalah menetapkan guru guru sesuai dengan keahliannya, sehingga mengharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

3.   Pengarahan (derecting)

Pengarahan adalah kegiatan membimbing mengarahkan anak buah dengan jalan memberi perintah, petunjuk, mendorong semangat kerja, menegakkan disiplin, memberi berbagai usaha lainnya agar mereka dapat melakukan pekerjaan mengikuti arah yang ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah ditetapkan.[37]

Dengan adanya bermacam macam tugas dan ekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang, maka memerlukan adanya koordinasi serta pengarahan dari pimpinan sekolah. Sebagai kepala sekolah yang diberi tanggung jawab sebagai pemimpin maka ia harus memberikan pengarahan, motivasi, dan bimbingan serta contoh yang baik kepada bawahannya. Dalam memberi pengarahan sebaiknya dilakukan secara kontinyu agar seluruh kegiatan selalu terarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Maksud dari pengarahan ini adalah agar setiap personel dapat mengejarkan pekerjaannya secara efektif.

Kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi pengarahan ini hendak selalu berpedoman pada rencana program kerja sekolah yang telah dirumuskan dan melihat pada tujuan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Adpun bentuk pelaksanaan pengarahan di SMA terhadap guru antara lain sebagai berikut :

a.   Pengarahan yang dilakukan padasaat saat acara rapat

Pengarahan ini diikuti oleh semua guru dengan fungsi organisasi sekolah pada umumnya. Sebelum rapat diadakan perencanaan yang matang. Perencanaan ini meliputi waktu, pokok-pokok yang akan dibicarakan, acara rapat, prosedur atau jalannya rapat dan siapa saja yang diundang

Dalam, rapat seluruh tenaga kependidikan memiliki kesempatan untuk menyampaikan berbagai ide, gagasan, saran, pandangan dan pendapat secara langsung derhadap suatu permasalahan yang dibahas, baik yang berhubungan dengan pelajaran maupun maslah masalah yang berkaitan dengan kemajuan sekolah.

b.   Pemberian kesempatan untuk memperluas wawasan diri bagi para guru untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan keahlian dalam perencanaan.

   Kunci bagi guru supaya menjadi pendidik yang profesional adalah tersedianya wahana pembinaan dan pengembangan secara terus menurus dan ada dorongan internal bagi mereka untuk terus tumbuh. Untuk mewujudkan hal itu, kepala sekolah SMA berusaha merealisasikannya melalui agenda dalam program kerja yang telah diputuskan.

 

 

3.     Mutu Pendidikan

a.   Pengertian Mutu Pendidikan

Orang sering mengatakan tentang mutu pendidikan, tetapi kurang jelasnya pengertian dari pada mutu pendidikan itu sendiri. Sehingga umumnya banyak orang yang mengatakan atau mengidentifikasikan mutu pendidikan dengan banyaknya lulusan dari pendidkan itu, atau kadang-kadang menonjolkan seseorang atau beberapa orang lulusanya.

Dari keracuhan tentang mutu pendidikan tersebut, dan untuk lebih mempermudah dalam kajian masalah ini perlu penulis kemukakan tentang pengertian dari mutu pendidikan.

Mutu  merupakan baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan).[38] Jadi yang dimaksud dengan mutu pendidikan adalah kualitas seorang guru baik pemahamanya atau kemampuanya terhadap interaksi belajar mengajar yang indikatornya dapat dilihat dari hasil prestasi belajar siswa, baik itu prestasi dalam menempuh ujian semester ataupun  prestasi dalam menempuh ujian akhir. Adapun kriteria mutu pendidikan yang baik sekolahan diharapkan memiliki beberapa indikator yang menunjukkan bahwa sekolahan tersebut sudah bisa dibilang bermutu. Indikatornya adalah lingkungan sekolah yang aman dan tertib, sekolah memiliki tujuan dan target mutu yang ingin dicapai, sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat,          adanya pengembangan staff sekolah yang terus menerus sesuai dengan tuntutan iptek dan adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif serta pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan atau perbaikan mutu pendidikan.[39]

Dalam kaitanya dengan peningkatan mutu pendidikan maka tidak akan terlepas dari adanya beberapa faktor. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akan dijelaskan berikut ini:

(1) Kejelasan tujuan pendidikan di sekolah (2) Pengetahuan tentang anak didik (3) Pengetahuan tentang guru (4) Pengetahuan tentang kegiatan supervisi (5) Pengetahuan tentang mengajar  (6) Kemampuan memperhitungkan waktu.[40]

b.     Upaya Kepala Sekolah dalam Meningatkan Mutu Pendidikan

Kepala sekolah sebagai seorang yang telah diberi wewenag untuk memimpin suatu lembaga pendidikan dan harus bertangungjawab secara penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang berada dibawah pimpinanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ ( رواهالبخاري) 

Artinya: Semua kamu adalah pemimpin dan setiap      kamu bertanggung jawab  atas yang dipimpinnya”. (HR. Bukhori)[41]

Maju       mundurnya suatu lembaga pendidikan itu banyak dipengaruhi oleh kepala sekolah, termasuk juga masalah peningkatan mutu pendidikan. Adapun dalam peningkatan mutu pendidikan, kepala sekolah dapat melaksanakannya dengan melalui beberapa komponen antara lain:

1) Guru

Guru merupakan salah satu komponen yang memegang peranan yang sangat penting di dalam pelaksanaan pendidikan, karena itu kualitas seorang guru tersebut harus ditingkatkan. Usaha peningkatan kualitas guru ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, di antaranya adalah:

a)   Meningkatkan kedisiplinan guru Untuk meningkatkan mutu pendidikan faktor kedisiplinan guru sangat diperlukan, karena program sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru-guru disiplin. Demikian sebaliknya jika guru-gurunya malas, maka program sekolah akan terbengkalai.

b)   Meningkatkan pengetahuan guru Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju seperti sekarang ini, seorang guru dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuanya baik melalui kursus, membaca buku bacaan, majalah, surat kabar, dan sebagainya, atau melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

c)     Inservice dan Upgrading Pembinaan dan usaha perbaikan pendidikan tidak mungkin berhasil tanpa disertai dengan pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan serta cara kerja para pelaksana yaitu guru-guru. Diantara usaha pembinaan dan perbaikan mutu pengetahuan guru tersebut dilakukan dengan inservice training dan upgrading.

d)  Rapat Guru, Rapat guru adalah suatu cara dalam rangka meningkatkan kualitas guru di dalam mengemban tugas dan tanggungjawab sebagai pendidik. Salah satu bentuk rapat guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah ialah konferensi atau musyawarah yang bertujuan untuk membimbing guru-guru agar lebih efektif dalam perbaikan pengajaran di sekolah. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Asy-Syuro ayat 38: وَالَّ ذِي نَاسْتجَابـوْالرَِّ  مْ وَأقامُوْاَّ الص لوَةَوَأمْرهُ مْشُوْرىبـيْـنَـهُ مْوَِممَّ ارزقْـنَـهُ مْيـنْفِقُوْ نَ

Artinya: (Bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhanya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.[42]

Dari ayat di atas menunjukan bahwa Islam memerintahkan agar dalam menyelesaikan suatu masalah hendaknya dengan musyawarah.

2)   Siswa

Dalam meningkatkan mutu pendidikan siswa juga harus mendapatkan perhatian, peningkatan mutu atau kualitas siswa ini dapat dilakukan dengan cara antara lain:

a)   Mengaktifkan Siswa

Mengaktifkan siswa ini dilakukan dengan cara misalnya dengan mengabsen siswa setiap kali akan memulai dan akhir pelajaran berlangsung untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti siswa meninggalkan sekolah (bolos) sebelum jam pelajaran selesai dan lain-lain.

b)  Memberikan Bimbingan

Untuk memperoleh hasil yang memuaskan di dalam belajar, siswa membutuhkan bimbingan. Banyak siswa yang tidak mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaranya (di sekolah) karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif dan efisien.

Maka dalam mengusahakan agar siswa mempunyai ketrampilan belajar yang baik perlu kiranya seorang guru memberi bimbingan yang berupa petunjuk tentang cara belajar yang baik. Kemudian untuk memberi kebiasaan belajar yang baik bimbingan itu hendaknya diberikan sewaktu-waktu anak mempelajari pelajaran yang disajikan. “Hasilnya lebih baik bila bimbingan itu diberikan sewaktu anak mempelajari pelajaran yang disajikan” menurut uraian di atas bimbingan guru yang berupa tentang cara belajar yang baik perlu diberikan kepada siswa dengan demikian maka prestasi siswa dapat meningkat.[43]

3)  Sarana

Sarana mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dibutuhkan sarana yang memadai dengan sarana yang cukup maka akan memudahkan pencapaian tujuan pendidikan. Demikian akan terjadi sebaliknya, bila tanpa adanya sarana yang memadai atau yang mendukungnya.

c.   Fungsi Pendidikan di SMA

Fungsi utama pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya.[44] Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupaka usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Hal ini sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, keperibadian serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[45]

 

d.   Tujuan Pendidikan di SMA

Martius Jan Langevald, membedakan tujuan pendidikan menjadi beberapa bagian tujuan pendidikan diantaranya yaitu sebagai berikut :

1.     Tujuan Umum

Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai diakhir proses pendidikan yaitu, tercapainya kedewasan jasmani dan rohani peserta didik. Maksudnya kedewasaan jasmani adalah jika pertumbuhan jasmani sudah tercapai batas pertumbuhan maksimal, maka pertumbuhan jasmani tidak akan berlangsung lagi. Kedewasan rohani adalah peserta didik sudah mampu menolong dirinya sendiri, mampu berdidi sendiri, dan mampu bertanggung jawab atas semua perbuatan.

2.     Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah tujuan yang terlalu hendak tercapai berdasar usia, jenis kelamin, sifat, bakat, inteligendi, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan syarat pekerjaan, dan sebagainya.

3.     Tujuan Tidak Lengkap

Tujuan tidak lengkap adalah tujuan yang menyangkut sebagi aspek manusia, misalnya tujuan khusus pembentukan kecerdasan saja, tanpa memerhatikan yang lain.[46]

G.   Metode Penelitian

1.     Pendekatan Penelitian

Memahami fenomena sosial melalui gambar holistik dan memperbanyak pemahaman mendalam adalah tujuan dari penelitian kualitatif.[47] Serta dijelaskan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.[48] Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualintatif, karena peneliti ini bertujuan memahami fenomena-fenomena yang ada dalam objek penelitian dan nantinya mendiskriftifkan secra sistematis dengan menggunakan kata-kata dan bahasa mengenai fakta-fakta yang ditemukan dilapangan.

2.     Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di SMA Islam Abhariyah, tepatnya di Jl. Rengganis Raya Jerneng Terong Tawah Kec. Labuapi Lombok Barat. Karena kepemimpinan kepala sekolah di SMA Islam Abhariyah ini sangat menarik. Oleh karena itu peneliti mengambil lokasi penelitian di SMA Islam Abhariyah.

3.     Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan intrumen kunci dikarenakan sebagai perancang, pelaksana, pengumpulan data, menganalisis data, hingga pelapor hasil penelitian.[49] Maka kehadiran peneliti dilokasi penelitian harus dilakukan. Kehadiran peneliti bersifat penguat biasa, dimana peneliti hanya melakukan pengamatan tanpa ikut berbaur dalam kehidupan objek penelitian secara langsung sehingga kehadiran penelitian tidak mengaruhi keadaan objek penelitian.

4.     Sumber Data

Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh. Menurut Arikunto bahwa yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data dapat diperoleh, apa bila peneliti menggunaka wawancara dalam pengumpulan data, maka sumber data tersebut responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Maka peneliti memfokuskan pengumpulan data atau informasi tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah.

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber datanya adalah sebagai berikut :

1.   Kepala sekolah SMA Islam Abhariyah

2.   Guru-guru yang mengajar di SMA Islam Abhariyah

3.   Siswa/siswi SMA Islam Abhariyah[50]

5.     Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling penting strategis dalam penelitian, karena tujuan peneliti adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk mendapatkan data yang cukup sesuai dengan pokok permasalah yang diteliti, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang mana sama lainnya saling melengkapi.

Metode tersebut antara lain :

a.   Metode Observasi

Metode observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial keagamaan (prilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diovservasi, dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. Adapun teknik observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1)    Observasi partisipatif adalah peneliti melakukan pengamatan dan ikut terlibat dengan kegiatan sehari hari objek yang sedang diamati dan ikut merasakan suka dukanya.

2)    Observasi non partisipatif adalah peneliti melakukan pengamatan diluar objek yang diamati dan tidak ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan.[51]

Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipatif yang bentuknya ikut terlibat lansung dengan objek peneliti dan ikut merasakan suka duka yang dialami oleh peneliti. Dengan alasan peneliti ingin tahui kepemimpinan kepala sekolah (Burhanudin, S.Pd) dan strategi Kepala sekolah Burhanudin, S.Pd dalam memimpin Sekolah di SMA Islam Abahariyah. Untuk memudahkan semua itu, peneliti ikut terlibat dengan objek yang diteliti guna mendapatkan data yang lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak.

b.   Metode Wawancara

 Metode wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu toptertentu.[52]

Esterbeg mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu :

3)   Wawancara terstrukur

Dalam wawancara terstruktur ini, peneliti atau pengumpulan data telah menyiapkan intrumen penelitian berupa pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannyapun telah disiapkan.

4)   Wawancara Semiterstruktur

Jenis wawancara ini sudah termasuk Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, diamana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

5)   Wawancara tak bersetruktur (unstructured interview)

Wawancara tidak tersetruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Bentuk wawancara yang akan dilakukan peneliti adalah wawancara semiterstruktur. Jenis wawancara ini dipilih karena peneliti melakukan wawancara secara bebas ,peneliti dapat menemukan permasalahan secara terbuka dan menemukan informan secara terperinci. Adapun informasi yang diwawancarai anatara lain : Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah yang mengetahui tentang kepemimpinan kepala sekolah dan para Guru-guru yang bekerja di SMA tersebut.

c.   Metode Dokumntasi

Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, natulen, rapat dan dokumen.[53] Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi, letak giografis, sejarah berdirinya, keadaan guru, siswa, dan sarana dan prasarana.

6.     Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pengaturan data, mengorganisasikan ke dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar. Tujuan analisis data ialah untuk menyederhanakan data sehingga mudah di tafsirkan. S. Nasution mengatakan bahwa data kualitatif dianalisis menggunakan analisis induktif. Analisis induktif adalah pemikiran yang berangkat dari fakta-fakta yang khusus demikian dari fakta itu ditarik kesimpulan. Dalam hal ini analisis induktif adalah menginterprestasikan data hasil wawancara dan observasi serta dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian.[54]

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data kualitatif adalah sebagai berikut :

1.   Menelaah data yang berasil dikumpulkan dengan beberapa metode yang digunakan

2.   Melakukan reduksi data, yaitu memilih data yang sekiranya dapat diolah lebih lanjut

3.   Menyusun data dalam satuan-satuan

4.   Melakukan triangulasi data. Triagulasi data adalah pengecekan terhadap kebenaran data dan penafsiran. Hal-hal yang dilakukan triagulisasi data adalah sebagai berikut :

a.   Membandingkan data hasil pengamatan dan wawancara

b.   Membandingkan data hasil wawancara satu sumber dengan sumber yang lain

c.   Membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.[55]

7.     Validitas Data

Suatu data bisa dikatakan valid apabila ada hasil yang sesuai dengan kondisi rill atau yang sebenarnya yang ditemukan peneliti ketika berada di lapangan setelah melakukan analisis seksama. Meleong mengemukakan dalam bukunya yang berjudul Metodologi penelitian kualitatif, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam menguji validitas data sebagai berikut :

a.     Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti menentukan juga dalam pengumpulan data dan informasi, kehadiran peneliti didalam mengikuti atau keikutansrtaan di dalam menemukan data dan informasi bukan hanya di lakukan Cuma beberapa hari atau satu, dua, tiga hari saja, akan tetapi memerlukan waktu yang panjang. Keikutansertaan ini sangat perlu bagi peneliti supaya data dan informasi yang akan ditemukan memang benar apa adanya didalam suatu penelitian.

           Di dalam penelitian ini pneliti akan berusaha untuk mencari dan mengumpulkan data dan informasi yang maksimal sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Apabila data dan informasi yang dibutuhkan masih kurang atau belum cukup maka peneliti memperpanjang waktu penelitian agar data dan informasi dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

b.     Meningkatkan Kekuatan

Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, mengecek kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Disamping itu, bekal peneliti dalam meningkatkan kekuatan adalah dengan membaca refrensi-refrensi terkait dengan ditemuan-temuan yang didapat. Dengan hal itu diharapkan menambah wawasan sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data data yang telah diperoleh.

c.     Triangulasi

Triangulasi dimaksud untuk memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk melakukan keperluan pengecekan atau suatu pembanding terhadap data yang sudah ada. Oleh karena itu peneliti menggunakan trigulasi data yang diorientasikan pada fokus penelitian yang diteliti yaitu dengan memperdalam obsevasi lapangan (lokasi penelitian). Dalam hai ini peneliti melakukan pengecekan untuk mendapatkan keabsahan data yakni peneliti menggunakan metode wawancara dengan seperti :

1)    Guru-guru di SMA Islam Abhariyah

2)    Siswa/siswi di SMA Islam Abhariyah[56]

d.     Pembahasan Teman Sejawat

Untuk menguji kesahihan data yang diperoleh maka perlu dilakukan diskusi atau bisa dengan tanya jawab dengan teman-teman dengan mengekspos hasil penelitian sementara. Hal ini juga perlu dilakukan dengan cara berdiskusi dengan orang atau teman yang lebih ahli. Dengan menguji atau dengan cara berdiskusi atau teman yang sudah ahli  atau yang sudah berpengalama didalam suatu penelitian, karena mereka bisa memberi pandangan atau pendapat mengenai hal penulisan skripsi atau karya ilmiah didalam suatu peneliti, dan peneliti sangat memerlukan saran dan teguran di dalam penyusunan skripsi ini.


BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A.    Profil Umum Sekolah SMA Islam Abhariyah

Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang gambaran umum lokasi penelitian, pada bagian ini peneliti membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan keberadaan lokasi penelitian tersebut. Hal-hal yang dimaksud antara lain sebagai berikut:

1.     Sejarah Berdirinya SMA Islam Abhariyah

SMA Islam Abhariyah Jerneng sebagai lembaga pendidikan baru yang didirikan berdasarkan tuntunan rill dari masyarakat sekitar, telah mulai beroprasi pada tahun  pelajaran 2003/2004dengan surat izin oprasional Nomor : 421.61.2514 - DIKMEN/DPK/2003. Tertanggal 1 Juli 2014 dan pada tahun  ini SMA Islam Abhariyah Jerneng mempunyai 35 siswa yang terdiri atas kelas satu. Dengan fasilitas gedung SDN 3 Terong Tawah.[57]

Pendirian SMA Islam Abhariyah Jerneng  dilatar belakangi oleh pemikiran-pemikiran sebagai berikut :

a.     Bahwa semangat reformasi yang sedang berjalan dalam sistem pemerintahan negara RI, menuntut adanya perbaikan dan perubahan di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara,demi tercapainya cita-cita luhur bangsa yaitu menuju masyarakat Indonesia yang adil dan makmur atau berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

b.     Bahwa sejalan dengan semangat Reformasi tersebut guna menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri serta tantangan menghadapi persaingan global, maka lahirlah undang – undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai wujud terapan prinsip-prinsip demokrasi, dimana peran serta masyarakat, dalam pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keragaman daerah.[58]

c.     Bahwa nuansa Reformasi dan Penerapan Otonomi Daerah di negeri tercinta RI ini sebenarnya sangat menuntut perubahan mendasar yaitu perubahan mementalitas penyelenggara negaranya baik dari pusat sampai di daerah bahkan sampai kepada perubahan pola pikir masyarakat agar dapat berperan sereta dalam membangun bangsanya ke arah kemajuan yang telah diamanatkan oleh semangat pembukaan UUD 1945 yaitu: untuk membentuk suatu pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

d.     Bahwa tuntutan roh Otonomi Daerah yang dipayungi undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah tersebut adalah sangat membutuhkan kesiapan pelaku pembangunan di lapangan yang berkualitas dan berdedikasi tinggi yang mampu menjawab tantangan dan kebutuhan rakyatnya. Sehingga untuk mempercepat pola pikir tersebut, maka di undangkannya undang-undang RI Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yangt menjadi payung Pemerintah  Kabupaten / Kota dalam melaksanakan otonomi Pendidikkan di daerahnya.

e.     Bahwa dengan diterapkannya undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah diperbaharui dengan undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang disesuaikan dengan semangat reformasi, maka pemerintah memerlukan kebijakan pendidikan melalui Kepmendiknas RI No. 053/U/2001 tentang pedoman penyusunan standart pelayanan minimal penyelenggaraan persekolahan bidang pendidikan Dasar dan menengah, agar daerah kabupaten/kota dapat melaksanakan kewenagan di bidang pendidikkan sebagaimana yang diharapkan guna pengelolaan sekolah yang mengarah kepada peningkatan mutu pendidikkan dengan menerapkan manajemen Peningkatan Mutu berbasis Sekolah ( MPMBS ).[59]

f.      Bahwa dalam pelaksanaan MPMBS ( Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah ) tanggung jawab pengelolaan sekolah melibatkan semua sekolah, masyarakat dan instansi dan lain-lainnya sesuai dengan Kep Mendiknas RI No 044/U/2004 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 april 2002 oleh Mendiknas Ahmad Malik Fadjar sebagai payung kemitraan dalam berbuat dan berfikir bersama untuk memajukan sekolah masing-masing agar dapat mencetak kader-kader pemimpin bangsa yang lebih berkualitas dan bertanggung jawab atas masa depan masyarakat.

            Bahwa untuk memenuhi tuntunan masyarakat sekitar yang mendambakan lembaga SMA yang dekat dengan tempat tinggalnya, maka SMA Islam Abhariyah Jernrng ini digagas pendirinya, karna selama ini masyarakat banyak yang putus sekolah akibat adanya kendala transportasi kejenjang SMA yang diinginkan.[60]

2.     Visi dan Misi SMA Islam Abhariyah

a.     Melaksanakan Pembelajaran dan pembimbingan secara efektif dan berkualitas.

b.     Menumbuhkan semangat pembelajaran Kompetitip.

c.     Membentuk karakter peserta didik yang disiplin sesuai dengan kultur dan budaya bangsa Indonesia.

d.     Menerapkan manajemen partisipasif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah.

e.     Membimbing peserta didik untuk taat terhadap ajaran agama yang dianut.[61]

3.     Letak Geografis SMA Islam Abhariyah

SMA Islam Abhariyah terletak di Jl. Rengganis Raya dusun Jerneng  Desa  Terong  Tawah  Kecamatan  Labuapi  Kabupaten  Lombok Barat dengan batas wilayah sebagai berikut :

a.     Sebelah Barat                    : SDN 3 Terong Tawah

b.     Sebelah Timur                  : Persawahan Warga

c.     Sebelah Selatan                : Perumahan Warga

d.     Sebelah Utara                   : Persawahan Warga.

Melihat letak geografis tersebut, dapaat dikatakan bahwa SMA Islam Abhariyah memiliki posisi yang sangat setrategis sebagai sebuah lembaga pendidikaan sehingga memungkinkan siswa termotivasi guna mendapatkan prestasi yang lebih baik.[62]

4.     Keadaan guru-guru SMA Islam Abhariyah

Burhanudin, S.Pd sebagai kepala sekolah SMA Islam Abhariyah menegaskan keadaan guru SMA Islam Abhariyah tahun pelajaran 2019/2020 adalah sebanyak 20 guru. Para guru berasal dari berbagai Desa di Pulau Lombok dengan rincian sebagai berikut:

Tabel. 2.1

Data guru SMA Islam Abhariyah

Tahun Pelajaran 2018/2019

NO

N A M A

NIP



1

Burhanudin, S.Pd

198323051986012


2

Ahmad Juaini, S.PdI

198431121986015


3

Suharto, S.Pd

196831121986007


4

H. Iskandar Junaidi, S.Pd

197405061986005


5

Yek Halil, S.pd

197231121986006


6

Mulyadi Sulaksono, S.Pd

195704111986011


7

Suryani, S.Pd

198631121986016


8

Sekarwadi, S.Pd

197431121986019


9

Sumaini, S.PdI

198305051986018


10

Saeful Rahman, S.Pd

198420021986014


11

Muhayah, S.Pd

198728011986021


12

Maspuah, S.Pd

198831129860020


13

Pauzan, S.PdI

198131121986022


14

Nikmah,S.Pd

198631121986023


15

Haeratun Toyibah, S.Pd.

198820021986024


16

Hadi Al Furqan, S.Pd

198815051986025


17

Ilham Efendi, S.Pd.

 


18

Sulaiman, S.Pd.



19

Arnaniati, S.Pd.

 


20

Muksan

 


 

5.     Keadaan Siswa SMA Islam Abhariyah

Dalam proses belajar mengajar siswa menduduki peranan penting, karena siswa yang akan menjadi tolaak ukur  keberhasilan proses belajar mengajar. Adapun jumlah siswa yang terdapat di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat tahun ajaran 2017/2018 dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 2.2

Data Jumlah Siswa SMA Islam Abhariyah Tahun 2018/2019.[63]

Kelas

 Siswa

 

Kelas

Siswa

 

Kelas

Siswa

 

Kelas

Siswa

 

L

P

L

P

L

P

L

P

X

9

 22

XI

4

13

XII

13

12

Total

31

47

 

6.     Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan penunjang keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah, tentunya sarana dan prasarana beserta alat lainnya perlu untuk diketahui untuk melengkapi gambaran mengenai SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat. Untuk mengetahui jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel. 2.3

Keadaan Sarana Prasarana Sekolah SMA Islam Abhariyah.[64]

Ruang Belajar

Jumlah

Baik

Rusak Ringan

Rusak Berat/Belum rampung

3

0

3

6

 

 

 

7.     Struktur Organisasi

Sebagai suatu lembaga yang terorganisir, maka struktur organisasi SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat sangat dibutuhkan untuk mengetahui terkoordinirnya tanggung jawab yang diemban oleh komponen-komponen yang dibawahnya. Untuk lebih jelas struktur organisasi di SMA Islam Abhariyah akan dijelaskan pada struktur di bawah ini:

Tabel 2.4

Gambar  Struktur Organisasi Sekolah.[65]

                          



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


B.    Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

Setiap orang memiliki karakter dan gaya kepemimpinan yang berbeda dari yang lain. Karekter seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap gaya kepemimpinannya, untuk menentukan keberhasilannya menjadi seorang pemimpin dalam sekolah. Dalam sebuah sekolah, sosok pemimpin yaitu kepala sekolah sendiri memiliki gaya tersendiri dalam memimpin untuk memajukan sekolah yang ia kelola.

Berdasarkan pengertian tentang kepemimpinan itu sendiri, kepemimpinan merupakan kemampuan mengajak guru-guru yang lain, agar tersebut ingin mengerjakan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan utama yakni untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMA itu sendiri.[66] Dalam pembahasan ini, membahas tentang peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah sudah memberikan gambaran bagaimana sikap dan tindakan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan meningkatkan program mengajar yang efektif dan efisien. Pola kepemimpinan dalam pengambilan keputusan tipe kepemimpinan yang akan menghasilkan kualitas hubungan dengan sumber-sumber pendidikan yang adil dan merata.

Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan bapak Burhanudin sebagai kepala sekolah, ia mengatakan,

Dalam lembaga pendidikan itu kepemimpinan meningkatkan mutu pendidikan sekolah yaitu menyamakan cara berpikir dengan pihak terkait, penataan guru (mengadakan rapat rutin dan evaluasi), menyediakan sarana dan prasarana, pembinaan administrasi sekolah, penelitian atau pengembangan ilmu pengetahuan serta tidak kalah pentingnya yaitu pengambilan keputusan yang akan menghasilkan kebajikan-kebajikan yang dapat demi majunya sekolah ini”.[67]

 

Dari wawancara diatas, nampak kepala sekolah terlihat sebagai seseorag kakak yang membimbing adik-adiknya untuk terus berkembang bukan sebagai bos yang harus ditakuti oleh bawahan dalam melakukan segala hal. Hal ini sejalan dengan penuturan Ahmad Suta Wijaya, S.Pd, yaitu:

“ketika kami berada dalam sebuah perkumpulan baik itu dalam acara keluarga maupun acara sekolah dan ada pak kepala, kami merasa seperti keluarga dengan ia. Karena pembawaan ia memang selain ramah tetapi juga ia ahli menggunakan bahasa dalam berbicara sehingga ingin mendengarkan ketika pak kepala lagi berbicara. Selain juga pak kepala sebagai pimpinan di sekolah ini dan juga ia bisa dikatakan sebagai senior di sekolah ini sehingga pada saat berbicara dengan guru satu dan yang lain ia menggunakan gaya yang berbeda juaga. Terkadang sebaliknya saya merasa was-was ketika ia berbiara kepada saya, karena  pernah saya diceramahin abis-abisan karena saya mengabaikan tugas saya dan setelah di sela-sela akhir teguran, ia mengakhirinya dengan memberikan motivasi supaya tidak terulang kembali”.[68]

 

Dalam peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah, kepala sekolah, guru dan staf saling bekerja sama dalam upaya membimbing dan memotifasi anak didik serta melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah.

Menurut bapak Suharto, waka sarana dan prasarana  ia mengatakan bahwa:

”Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah ini adalah dengan cara melengkapai semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru maupun siswa untuk melakukan proses belajar belajar yang baik, meningkatkan kualitas guru dan staf sekolah serta meningkatkan potensi peserta didik sehingga tercapailah visi dan misi yang dikembangkan oleh sekolah”.[69]

 

Kepala sekolah SMA Islam Abhariyah di nilai juga bisa membangun komunikasi yang positif diantara para guru. Dimana kepala sekolah berusaha terbuka serta menciptakan suasana kekeluargaan terhadap para guru dan staf pengajar lainnya. Dengan suasana tersebut, guru dan staf pengajar lainnya mempunyai kesempatan untuk mengemukakan gagasan, masukan atau permasalahan sekolah.

 Hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk menggali motivasi-motivasi yang bersifat tersembunyi atau rahasia. Karena dengan melakukan komunikasi yang baik dan positif (terbuka dan kekeluargaan) maka motivasi dan keluhan guru serta staf pengajar lainnya dapat diketahui oleh kepala sekolah.

Hal ini menunjukan bahwa ia sebagia kepala sekolah sangat menjunjung tinggi kebersamaan kepada semua pihak dan tidak membeda-bedakan status yang dipimpinnya. Sebagaimana pernyataan yang  dikemukakan oleh salah satu guru senior di sekolah tersebut mengatakan,

“Kepemimpinan ia selama ini memang sangat demokratis jika dibandingkan dengan kepemimpinan kepala sekolah sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan baiknya hubungan komunikasi ia dengan para guru dan kariyawan disini. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rapat apabila terdapat permasalahan, khususnya mengenai perkembangan SMA Islam Abhariyah kedepan sehingga para guru dapat mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi serta dapat memberikan masukan-masukan secara leluas”.[70]

Kepemimpinan seseorang secara detail dapat diketahui dari bagaimana ia mengambil keputusan, karena pengambilan keputusan tersebut merupaka tugas dari seseorang pemimpin yang paling berat. Hal ini dilihat dalam prakteknya seseorang pemimpin dibebani tanggung jawab moril untuk memutuskan sesuatu perkara secara selektif ketika berada ditengah-tengah persoalan yang tidak pasti, belum dikenal maupun muncul secara tiba-tiba. Seperti contoh bagaimana kepala sekola SMA Islam Abhariyah dapat mengambil keputusan yang tepat dalam hal peningkatan pendidikan di lembaga sekolah yang dipimpinnya.

Bapak Suharto sebagai waka kesiswaan mengatakan sebagai berikut,

“selama menjabat di sekolah ini sebagai kepala, ia sangat berkopenten dalam pengambilan keputusan yang telah menghasilkan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan pendidikan yang bermutu di sekolah ini, sekalipun dalam prakteknya tidak jarang hambatan-hambatan itu muncul sehingga proses pelaksanaan pendidikan yang bermutu ikut terlambat”.[71]

 

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa peran kepala sekolah SMA Islam Abhariyah sebagai menejer untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu kepala sekolah menggunakan tiga strategi yaitu, pertama melakukan pengelolaan kualitas total yang meliputi sumber daya manusia baik kepala sekolah, guru, staff dan peserta didik; saran prasarana dan kurikulum. Strategi kedua yang digunakan oleh kepala sekolah SMA Islam Abhariyah adalah keterlibatan pihak eksteren yang meliputi orang tua dan komite sekolah dan strategi terakhir adalah melakukan evaluasi yang berkesimbungan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan melakukan perannya melalui implementasi strategi tersebut SMA Islam Abhariyah menjadi sekolah berbasis mutu dengan persentasi kelulusan tahun ajaran 2016/2017 100%.

C.    Kendala-kendala Yang Dialami Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

Melihat hasil dari wawancara diatas, kepemimpinan kepala sekolah SMA Islam Abhariyah dalam meningkatkan pendidikan yang bermutu ternyata tidak selamanya berjalan mulus. Ini terbukti dari hasil wawancara dan observasi dilapangan yang dilakukan peneliti selama di SMA Islam Abhariyah menemukan banyak kendala yang dihadapi kepala sekolah dalam meningkatkan pendidikan yang bermutu di lembaga sekolah yang di pimpinnya.

Kepala sekolah SMA Islam Abhariyah Bapak Burhanudin, S. Pd menjelaskan bahwa,

“tidak semua pekerjaan yang positif selalu berjalan dengan mulus. Terbukti dengan usaha dan upaya yang saya lakukan selama menjabat sebagai kepala sekolah ini khususnya dalam hal peningkatan pendidikan yang bermutu. Kendala yang sering terjadi adalah faktor guru yang sering terlambat dalam mengajar, siswa yang belum memahami arti sebuah pendidikan yang bermutu, dan orang tua yang tidak semua memahami pendidikan yang bermutu. Sehingga tidak mendukung seratus persen program sekolah dan juga instasi pemerintah terkait yang sulit diajak kerja sama, sehingga mempersulit jalannya program peningatan pendidikan di sekolah ini”.[72]

Apa yang dikatakan oleh kepala sekolah tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh guru BP/BK. Nurul Hidayah guru BP/BK mengatakan bahwa,

“Upaya demi upaya yang ia lakukan demi mengatasi kendala yang terjadi didalam usaha peningkatan mutu pendidikan di SMA ini. Misalnya kendala pada siswa yang masih membutuhkan pengertian akan pentingnya pendidikan yang bermutu maka saya lakukan pendekatan-pendekatan dan pengertian terhadap seluruh program dan kinerja saya dalam meningkatkan pendidikan yang bermutu dan juga hal yang sama saya lakukan para orang tuanya. Sering mengadakan rapat-rapat dengan instasi dan lembaga pemerintah yang terkait demi mendukung suksesnya dan mengatasi kendala yang terjadi didalam peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah ini.”[73]

            Hal yang sama juga dikatakan oleh waka kurikulum bahwa

“kendala-kendala yang sering muncul dalam meningkatkan pendidikan yang bermutu di SMA Islam Abhariyah ini yang berdasarkan kepemimpinan kepala sekolah adalah mengenai kurikulum. Bahwa akhir-akhir ini terlalu sering pemerintah mengubah kurikulum sekolah, akibatnya program yang suda direncanakan jauh hari dan matang harus diubah dengan kondisi atau ketetapan kurikulum yang berlaku saat ini”.[74]

            Kurikulum adalah kunci pokok dari pendidikan. Berdasar kurikulum yang tetapkan pemerintah mau tidak mau harus dilaksanakan. Berdasarkan otonomi daerah termasuk juga masalah pendidik pemerintah menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidik (KTSP). Didalamnya tertuang kurikulum sekarang salah satunya mempunyai azas bahwa kurikulum dilaksanakan berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.

            Sebagaimana yang dikatakan oleh waka kesiswaan, ia menjelaskan bahwa,

“Tahun ini SMA Islam Abhariyah membuka dua jalur untuk penerimaan siswa baru yaitu jalur penerimaan prestasi (PSP), dan jalur reguler. Hanya saja program ini adalah program baru maka kendala yang terjadi dilapangan sangat sering sekali, misalkan guru-guru yang diberi tugas untuk mempersentasikan SMA Islam Abhariyah di sekolah yang dituju terkadang tidak mau dengan alasan itu semua tidak masuk akal”.[75]

Jawaban yang diuraikan diatas juga menjelaskan tentang kendala-kendala dalam melaksanakan peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah yaitu kendala yang terjadi seperti kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas. Masih ada beberapa guru yang diperintahkan untuk menangani suatu pekerjaan yang tidak sesuai dengan bidangnya.

Hasil wawancara peneliti dengan Tata Usaha mengenai kendala-kendala dalam melaksanakan peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah ia mengatakan,

“kendala-kendala yang terjadi yaitu berkenaan dengan sarana dan prasarana yang kurang memindai, tidak memiliki kopotensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya”.[76]

Dari hasil wawancara di atas, kendala-kendala dalam melaksanakan peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah, yaitu berkenaan dengan sarana dan prasarana yang kurang, dan masalah peserta didik yang kurang memahami tentang pentingnya pendidikan, tidak memiliki kompotensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya. Masih ada beberapa guru yang bertugas tidak sesuai dengan bidang atau pakarnya di dalam pengetahuannya, sehingga sulit untuk memahami segala tugas masing-masing.

D.    Cara Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

Hampir diseluruh indonesia juga menemukan kendala yang sama dalam faktor bagaimana kepemimpinan yang baik. Kepala SMA Islam Abahariyah dalam meningkatkan pendidikan seperti halnya bermutu ternyata tidak selamanya berjalan dengan mulus. Ini terbukti dari hasil wawancara dan observasi dilapangan yang dilakukan penelitian selama di SMA Islam Abhariyah membuktikan bahwa banyak kendala yang dihadapai kepala sekolah untuk meningkatkan pendidikan yang bermutu di lembaga sekolah yang dipimpinnya.

Sebagaimana yang dikatakan bapak Burhanudin, S. Pd sebagai kepala sekolah SMA Islam Abhariyah,

”Tidak semua pekerjaan yang positif selalu berjalan dengan mulus. Terbukti dengan usaha dan upaya yang saya lakukan selama menjabat sebagai kepala sekolah ini khususnya dalam hal peningkatkan pendidikan yang bermutu. Kendala yang sering terjadi adalah faktor anak didik yang belum memahami arti sebuah pendidikan yang bermutu, faktor orang tua siswa yang tidak semua memahami pendidikan yang bermutu sehingga tidak mendukung seratus persen program sekolah dan juga instansi pemerintah terkait yang sulit diajak kerja sama sehingga mempersulit jalannya program peningaktan pendidikan di sekolah ini”.[77]

 

Permasalahan yang timbul dalam hal ini khususnya di lingkungan sekolah, termasuk guru yang sedang menghadapi permasalahan dengan siswa. Kepala sekolah sangat berhati-hati untuk menanganinya serta memberi solusi dalam pemecahan masalah (Problem Solving), langkah awal kepala sekolah dalam mengedinfikasi masalah yang berkaitan dengan pekerjaan guru, dengan cara sistematis terhadap sebab-sebab serta mencari pemecahannya, dan kepala sekolah berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti telah bertindak tegas dalam menghadapi masalah-masalah dan krisis dan mungkin terjadi, ini terlihat hasil wawancara dengan wakasek kesiswaan, yang mengatakan sebagai berikut,

“jika ada siswa bertengkar, dan belum bisa diselesaikan oleh guru pada saat itu juga, maka langkah yang dilakukan adalah memanggil orang tua, kemudian dirembukkan dengan pihak orang tua dan dicari solusinya, kemudian siswa yang bersangkutan menandatangani perjanjian tidak akan mengulangi lagi perbuatannya dengan disaksikan oleh bapaknya sendiri”.[78]

                        Hal yang sama juga dikatakan oleh Ahmad Juain sebagai waka kurikulum sebagai berikut,

“upaya yang dilakukan oleh kepela sekolah sudah sangat terbukti ian selalu melakukan mengevaluasi kendala-kendala yang muncul kemudian mencari jalan dan alternatif yang tepat dan hal tersebut selalu melibatkan dewan guru dan juga tidak jarang kariyawanpun ikut dilibatkan dengan mengadakan rapat atau pertemuan yang membahas kendala yang terjadi kemudian pengutusan yang tepat barulah kepala sekolah mengambilnya”.[79]

Sedangkan apa yang dikatakan oleh waka sarana dan prasarana bahwa,

“kepala sekolah selalu mengevaluasi kekurangan-kekurangan dalam hal apapun yang sekira menghambat pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah ini, Misalnya dalam hal sarana dan prasarana. Kepala sekolah berusaha menyediakan alat-alat, misalnya kebutuhan laboraturium MIPA sesuai dengan kebutuhannya yang sesuai dengan standar yang harus dimiliki oleh sekolah setingkatnya. Segala upaya untuk mencari dana terus dilakukan agar SMA Islam Abhariyah sejajar kualitas pendidikannya dengan sekolah menengah atas setingkatnya baik di kota maupun diseluruh indonesia”.[80]

Dari hasil wawancara di atas, menunjukkan, solusi yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengatasi kendala-kendala adalah kepala sekolah tidak bisa menentukan keputusan sendiri untuk menghadapi suatu permasalahan melainkan mengadakan rapat evaluasi bersam guru-guru dan staf penjar yang lainnya. Dari hasil rapat itu sebagai bahan pertimbangan bagi kepala sekolah, dan dari berbagai saran dan masukan dari guru-guru dan staf pengajar lainnya dapat disimpulkan untuk  memutuskan suatu permasalahan tersebut dan disepakati oleh guru-guru lainnya.


 

BAB III

PEMBAHASAN

A.    Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2019/2020

            Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang telah diberikan wewenang untuk memimpin suatu lembaga pendidikan dan harus bertanggung jawab secara penuh terhadap penyelenggara pendidikan dan bertanggung jawab secara penuh terhadap penyelenggara pendidikan pada sekolah yang dipimpinnya.

Suatu lembaga pendidikan tidak akan berkembang baik jika kepemimpinan kurang diperhatikan. Kepemimpinan yang efektif akan sangat menompong keberhasilan suatu lembaga pendidikan. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan memerlukan seseorang yang mampu dan tangguh dalam memimpin sebuah lembaga. Seseorang inilah disebut dengan pemimpin pendidikan atau dalam suatu lembaga pendidikan formal disebut kepala sekolah.

Kepemimpinan adalah kemampuan memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.[81] Kepemimpinan tampak dalam proses dimana seorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.[82]

Menurut Ahmad Suta Wijaya, kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi suatu kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka untuk menetapkan tujuan, agar apa yang sudah direncanakan dapat tercpai sesuai keinginan mereka sendiri, karena jika tujuan itu tidak bisa dicapai maka suatu sekolah tidak bisa dikatakan bermutu.[83]

Menurut Ahmad Madani, kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi prilaku orang lain dalam situasi tertentu, agar bersedia kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebab dari orang itulah yang bisa membantu kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya, misalnya kepala sekolah dapat mengajak orang tua peserta didik untuk melakukan kegiatan yang sudah dirancang untuk mencapai sekolah yang bermutu.[84]

Kepala sekolah sebagai pemimpin telah diberi wewenang untuk memimpin suatu lembaga pendidikan dan harus bertanggung jawab secara penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan pada sekolah yang di pimpinnya. Oleh karena itu maju mundurnya sekolah atau dalam hal ini adalah sekolah tergantung bagaimana kepemimpinan dari kepala sekolah itu sendiri.

Menurut Ara hidayat dan Imam Machali mengemukakan bahwa menyatakan Kepemimpinan adalah seperangkat proses yang terutama ditujukan untuk menciptakan organisasi atau menyesuaikannya terhadap keadaan-keadaan yang jauh berubah.[85] Struktur organisasi dibentuk guna membantu kinerja seorang kepala sekolah. Miskipun demikian kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mempunyai wibawa dimata bawahannya agar dalam perjalanannya menjadi sosok figur yang tetap dihormati dan dihargai.

           Demikian juga di SMA Islam Abhariyah Bapak Burhanudin, S.Pd selaku kepala sekolah merupakan salah satu kunci sukses tidaknya SMA Islam Abhariyah dalam perjalanan kedepannya. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan berusaha menjalankan tugasnya dengan baik dalam meningkatkan mutu pendidikan    di SMA Islam Abhariyah sebagai lembaga sekolah yang dipimpinnya. Karena maju tidaknya suatu lembaga pendidikan tergantung pada usaha dan upaya yang dilakukan kepala sekolah tanpa mengesampingkan pihak-pihak yang berkaitan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan diperoleh penjelasan sebagai berikut.

           Demi tercapainya pendidikan yang bermutu di SMA Islam Abhariyah kepala sekolah mempunyai cara tersendiri dalam kepemimpinannya yaitu berusaha menyamakan cara berpikir ia dengan semua pihak terkait kemudian dengan penataan guru dengan melakukan rapat dan evaluasi dan berusaha meningkatkan dan memenuhi sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhan dan yang juga penting adalah pengambilan keputusan yang dilakukan oleh kepala sekolah yang menghasilkan kebijakan-kebijakan yang tepat demi peningkatan mutu pendidikan dilembaga sekolah yang dipimpinnya itu sendiri.

           Hal ini dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka untuk menggali motivasi-motivasi yang tersembunyi atau rahasia. Karena dengan melakukan komunikasi yang positif (terbuka dan kekeluargaan) maka motivasi dan keluhan guru serta staf pengajar lainnya dapat diketahui oleh kepala sekolah SMA Islam Abhariyah. Karena hal ini yang menunjukkan bahwa ia sangat menjunjung tinggi kebersamaan kepada semua pihak dengan tidak membeda-bedakan status yang dipimpinnya.

 

 

B.    Kendala-Kendala Yang dihadapi Oleh Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

Rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh karena pemberian peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan system kurikulum, dan penggunaan prestasi hasil belajar secara kognitif sebagai satu-satunya indikator keberhasilan pendidikan, juga disebabkan karena system evaluasi tidak secara berencana didudukkan sebagai alat pendidikan dan bagian terpadu dari system kurikulum.[86]

      Kondisi yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dapat berasal dari berbagai macam sumber, yaitu miskinnya perancangan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian system dan prosedur (manajemen), tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya, dan pengadaan staf.[87]

      Manejemen sekolah yang tidak efektif sebagai pelaku utama, kepala sekolah banyak yang kurang mampu melakukan peningkatan mutu sekolahnya karena tidak dilengkapi kemampuan kepemimpinan dan manajerial yang baik. Pelatihan yang kurang dan rekrutmen kepala sekolah yang belum didasarkan atas kemampuan memimpin dan profesionalitas.[88]

Berdasrkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa narasumber termasuk kepala sekolah yang sudah dipaparkan dalam bab sebelumnya, didapati jawaban mengenai kendala-kendala yang dihadapi kepela sekolah SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah, dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Keaktifan guru dalam mengajar tidak dapat diabaikan, karena merupakan salah satu faktor penentu dalam peningkatan kinerja yang secara langsung berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Maka guru berkewajiban untuk melakukan inovasi managemen mengajar supaya mutu pendidikan jauh lebih baik.[89]

Kendala yang sering muncul adalah masih kurangnya nilai  kesadaran yang dimiliki oleh siswa-siswi bahkan orang tua siswa SMA Islam Abhariyah mengenai pentingnya memperoleh pendidikan yang bermutu. Akibatnya segala bentuk program atau kebijakan yang dilakukan dan harus dilaksanakan kurang mendapatkan respon positif dari siswa dan orang tua siswa. Mereka seringkali menganggap remeh segala upaya yang sudah dibuat oleh kepala sekolah demi masa depan mereka.[90]

Kurangnya sarana perasarana pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium, dan perlengkapan pembelajaran yang kurang sangat menghambat tumbuhnya kepala sekolah professional. Hal ini terutama berkaitan dengan kemampuan pemerintah untuk melengkapinya yang masih kurang.

Sejalan dengan kendala tersebut adalah masalah kurikulum. Akhir-akhir ini sekolah dibuat repot dengan pemerintah pusat yang sering sekali mengganti kurikulum satu dengan kurikulum yang baru. Hal ini sangat menghambat program kerja kepala sekolah yang sudah disusun dan dikonsep berdasarkan kurikulum yang berlaku saat itu. Karena seringnya kurikulum diganti maka rencana atau program yang sudah dibuat harus diubah berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini.[91]

Karena SMA Islam Abhariyah masih bernaung di Departemen Agama maka segala keputusan atau kebijakan yang dilakukan oleh kepela sekolah tidak jarang harus menunggu persetujuan pihak Departemen Agama. Halini dikarenakan sekolah masih belum mendapati kewenangan penuh untuk mengelola sekolahnya sendiri seperti sekolah yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan misalnya Sekolah Menengah Atas Negri.[92]


 

C.    Solusi Dalam Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dialami Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Kabupaten Lombok Barat Tahun Pembelajaran 2019/2020

Mutu pendidikan perlu dilakukan hal-hal berikut, yaitu: 1. Menyamakan komitmen mutu atau mutu oleh kepala sekolah, para guru dan pihak terkait (stakeholders), mencakup: visi, misi, tujuan dan sasaran, 2. Mengusahakan adanya program peningkatan mutu sekolah (kurikulum/pengajaran, pembinaan siswa, pembinaan guru, keuangan, saran dan prasarana, serta kerjasama dengan stakeholders sekolah, meliputi jangka panjang dan jangka pendek 3. Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah, 4. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, 5. Ada standar mutu lulusan, 6. Jaringan kerjasama yang baik dan luas, 7. Penataan organisasi sekolah yang baik (tata kerja), 8. Menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif.[93]

Dengan melihat keadaan mutu pendidikan yang rendah, maka telah diupayakan usaha-usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan sasaran yang dibenahi adalah guru, siswa, sarana parasarana,dan kurikulum.[94]

Berbagai kendala yang dihadapi kepala sekolah SMA Islam Abhariyah peneliti coba menjelaskan beberapa poin mengenai jawaban-jawaban dari narasuber mengenai kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah.

Berbagai upaya yang terus dilakukan dan ditingkatkan melalui evaluasi-evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan semua pihak terkait dewan guru dan pengajar lainnya. Salah satunya adalah selalu mengadakan pendekatan dan memberikan pengertian lebih dahulu kepada siswa dan orang tua siswa dengan mengadakan rapat atau pertemuan untuk menjelaskan dan mempersentasikan program yang dilakukan oleh kepala sekolah demi meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah ini sendiri.[95]

Untuk mendapatkan jalan yang mulus dari instasi pendidikan atau lembaga pemerintah, kepala sekolah selalu mengadakan rapat atau koordinasi dengan pihak-pihak tersebut demi mendapatkan masukan, dorongan serta bantuan yang dinantinya akan sangat mendukung terlaksananya kinarja kepala sekolah dalam meningkatkan pendidikan yang bermutu.

           Kendala atau hambatan selalu muncul atau hadir ditengah tengah proses atau pelaksanaan program peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah yang sedang dilakukan oleh kepala sekolah. Berbagai kendala yang muncul secara beragam miskipun evaluasi selalu dilakukan untuk meminimalkan terjadi kendala yang akan muncul sehingga memperlambat atau mempersulit pelaksana program peningkatan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah yang dilakukan oleh kepala sekolah itu sendiri.

           Kendala atau hambatan yang sering muncul yang dialami oleh kepala sekolaha adalah masih kurangnya nilai kesadaran yang dimiliki oleh anak peserta didik atau siswa-siswi bahkan orangtua siswa SMA Islam Abhariyah mengenai pentingnya memperoleh pendidikan yang bermutu. Akibatnya segala bentuk program atau kebijakan yang telah dilakukan oleh kepala sekolah dan haruss dilaksanakan kurang dapat respon positif dari siswa dan orang tua siswa. Mereka sering sekali menganggap remeh segala upaya yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah demi masa depan mereka.[96]

Dilain waktu kepala sekolah melibatkan komite sekolah dengan para orang tua siswa bersama guru-guru lain untuk bersama-sama berfikir dan mencari jalan keluar bagaimana yang seharusnya dilakukan agar tujuan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah ini bisa terlaksanakan dan terwujud dengan keinginan yang telah direncanakan oleh kepala sekolah dan para guru-guru yang ada di SMA Islam Abhariyah itu sendiri. Dan kepala sekolah selalu memberi taukan kepada guru dan staf tata usaha untuk melakukan atau memperhatika sekala kendala Kendal yang suda di alami sebelumnya, dan dari sana merika bisa memikirkan bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang akan muncul pada tahun kedepan.[97]

Dan para guru juga harus mengerti apa yang dikatakan oleh kepala sekolah itu sendiri, karena itu semua bisa membuat semua guru maupun setaf tata usaha tidak merasa kebingungan untuk mengatasi semua kendala-kendala yang akan muncul di tahun depan.

Untuk menyelesaikan permasalahan itu, kepala sekolah SMA Islam Abahariyah menyelesaikan dengancara rapat evaluasi bersama guru dan staf pengajar lainnya. Karena untuk menentukan suatu keputusan terhadap masalah tidaklah mudah, oleh sebab itu kepala sekolah mengadakan rapat evaluasi bersama guru dan staf pengajar lainnya. Dari hasil rapat itu sendiri kepala sekolah dapat menentukan keputusan untuk menyelesaikan permasalah yang sedang ia hadapi.[98]

Menurut Ahmad Madani, karena untuk menentukan suatu masalah itu tidaklah gampang, ketika suatu masalah itu ditentukan dengan sendiri akan mengakibatkan perasangka burukterhadap guru-guru dan staf pengajar lainnya, kerana jika kepala sekolah menentukan keputuan sendiri berarti guru dan staf pengajar lainnya dianggap tidak ada. Oleh sebab itu kepala sekolah mengadakan rapat evaluasi untuk menyelesaikan suatu permasalahan.[99]

BAB IV

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulakan sebagai berikut:

1.   Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah ini menggunakan metode demokratis.  Dimana usaha kepala sekolah untuk melakukan rapat evaluasi bersama guru-guru dan staf pengajar lainnya untuk menentukan keputusan suatu masalah yang dihadapi sekolah yang dipimpinnya. Dan keputusan dari guru-guru yang masuk akal dapat diambil untuk menyelesaikan masalah atau kendala yang sedang dialami sekolah itu sendiri. Karena melalui rapat pertemuan dan evaluasi terus dilakukan demi menghindari atau meminalisir kendala yang terjadi didalam proses pelaksanaan memimpin peningkatan mutu pendidikan.

2.   Kendala-kendala yang dihadapi kepala sekolah dan guru-guru SMA Islam Abhariyah dalam melaksanakan meningkatkan mutu pendidikan adalah kurang sadar dari siswa dan orang tua siswa akan arti pentingnya suatu pendidikan yang bermutu, kurikulum yang sering berubah-ubah, dan serana prasarana yang kurang lengkap sehingga menyulitkan kepala sekolah untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan.

3.   Solusi-solusi yang harus diterapkan di SMA Islam Abhariyah dalam menangani kendala-kendala tersebut adalah menjelaskan tentang arti pentingnya pendidikan yang bermutu terhadap siswa dan orang tuanya, harus melengkapi segala jenis peralatan sarana prasarana, dan menentukan kurikulum yang akan berlaku pada tahun yang akan dating supaya dalam meningkatkan mtu pendidikan berjalan dengan sesuai rencana.

B.   Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk

1.     Jika suatu keputusan sudah diambil maka wajib pihak sekolah untuk memberikan penjelasan dan informasi yang tepat dan jelas kepada siswa-siswi dan orang tua murid.

2.     Kepala sekolah sebaiknya mempersentasikan program-program apa saja yang akan dijalankan kepada lembaga pemerintahan atau instasi pendidikan lain dalam hai ono berkaitan dengan Departemen Agama agar dari pihak tersebut dapat memikirkan jalan terbaik bagi keberhasilan kepada kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA Islam Abhariyah.

3.     Peneliti selanjutnya yang akan meneliti dalam bidang yang sama, peneliti menyadari sepenuhnya bahwa asil peneliti ini masih banyak kekurangan, namun demikian dapat digunakan sebagai gambaran tentang kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan tentunya bagi yang meneliti dalam bidang yang sama.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakrta : Prenadamedia Group, 2014.

Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 1994.

Daryanto, Administrasi Pendidikan, Jakarta : PT. Renika Citra, 2006.

Hendiyat Soetopo ddk, Kepemimpinan Supervisi Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara, 1998.

Husnaini Usman, Manajemen,  Teori Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi askar, 2008.

Lexy J Moleong, Metedologi Penelitan Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profisional, Jogjakarta: DIVA Press, 2012.

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003.

Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Propesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007.

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Muliyono, Educational Leardership, Malang UIN Malang Press, 2009.

Nana S. Sukmadianta, DDK. Pengandaian Sekolah Menengah, Bandung : PT. Refika Aditama, 2006

Observasi Awal Tanggal 22 September 2018, Pukul 13.00 WITA.

Suryo Subroto, Demensi-demensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Jakarta : Bina Aksara, 1998

Suryo Subroto, Demensi-demensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Bina Aksar, 2001

Siagian P, Kepemimpinan Teori dan Pengembangannya, Jakarta : PT. Gramedia Pusaka, 2010.

Syamsir Torang, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya, Dan Perubahan Organisasi), Bandung : Alfabeta, 2013.

Suharsini Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineke Cipta, 2010.

Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Penerbit Andi, 2000.

Suryosubroto, Menajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta:PT.Rineka Cipta,2011.

Subari, Superpisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2001.

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: ALFABETA, 2011.

Syaiful Sagala, Menajemen Strategi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Bandung :ALFABETA,2010.

Suji Astutiningsih, Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMA Darul Nadwah Dasan Ketujur  Tahun  Pelajaran  2013/2014. Skripsi, IAIN Mataram, 2010.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan IKIP Malang, Administrasi Pendidikan, Malang : IKIP Malang, 2003

Tatik Isbandiyah, Profesionalisme Guru dan Aplikasinya Dalam pengajaran PAI di SMPN 1 Praya Barat Daya Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok TengahTahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi, IAIN Mataram, 2011.

Uhar suharsaputra, Administrasi Pendidikan, Bandung:Refrika-Aditama,2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007.

Zamroni Ahmad, Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Untuk  Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Fiqh di  SMA Darul Fallah Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, IAIN Mataram, 2010.

 



[1] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profisional, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), h. 9

[2]  Ibid.,h. 10

[3] Syaiful Sagala, Menajemen Strategi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Bandung :ALFABETA,2010), h. 70

[4] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung:Refrika-Aditama,2010), h. 32

[5] Suryosubroto, Menajemen Pendidikan di Sekolah,(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2011), h. 139

[6] Syaiful Sagala, Menajemen Strategik dam Meningkatkan Mutu Pendidikan, h. 88

[7] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 126

[8] Syaiful Sagala, Menajemen Strategik dam Meningkatkan Mutu Pendidikan, h. 99

[9] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, h. 107

[10] Muliyono, Educational Leardership,(Malang UIN Malang Press, 2009), h. 2

[11] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Propesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2007), h. 111-113

[12] Subari, Superpisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), h. 7

[13] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Propesional,... h. 143

[14] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Refika-aditama,2010), h. 139

[15] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Propesional,...h. 98

[16] Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan,... h. 176

[17] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
ALFABETA, 2011), h. 106

[18] Observasi Awal (Wawancara) tanggal 05 Juni 2018, pukul 13.00 WITA

[19] Suji Astutiningsih, Upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru di SMA Darul Nadwah Dasan Ketujur  Tahun  Pelajaran  2013/2014. Skripsi (IAIN Mataram, 2010), h. 8

[20] Zamroni Ahmad, Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Pendidikan Untuk  Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Fiqh di  SMA Darul Fallah Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi (IAIN Mataram, 2010), h. 10

[21] Tatik Isbandiyah, Profesionalisme Guru dan Aplikasinya Dalam pengajaran PAI di SMPN 1 Praya Barat Daya Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok TengahTahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (IAIN Mataram, 2011), h. 7

[22] Siagian P, Kepemimpinan Teori dan Pengembangannya (Jakarta : PT. Gramedia Pusaka, 2010), h. 20

[23] Syamsir Torang, Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya, Dan Perubahan Organisasi) (Bandung : Alfabeta, 2013), h. 66

[24] Wahjosumidjo,  Kepemimpinan Kepala Sekolah,(Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007)h. 83

[25] Ibid, h. 5

[26] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profisional,(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 115

[27] Ibid, h. 116

[28] Ibid, h. 116

[29] Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Renika Citra, 2006), h. 81-82

[30] Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1994), h. 61

[31] Ibid, h.63

[32] Ibid, 169

[33] Husnaini Usman, Manajemen,  Teori Praktek dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi askar, 2008), h. 60

[34] Burhanudin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepenmimpinan Pendidikan, h. 179-180

[35] Husnaini Usman, Manajemen,  Teori Praktek dan Riset Pendidikan,…h. 80

[36] Ibid, h. 204

[37] Dalyanto, Administrasi pendidikan,... h.83

[38] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 348

[39] Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Professional.,h. 85 

[40] Moh. Rifai MA, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: Jemarss, 1982), Jilid II, hlm. 85

[41] Fachruddin HS, Pilihan Sabda Rasul, Hadis-Hadis Pilihan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 340

[42]Al-Qur’an dan Terjemah (Jakarta: Depag, 1989), h.789

[43] Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Bandung: Jemmars, 1982), hlm. 53

[44] Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan., h. 81

[45] Undang-Undang SIKDIKNAS RI NO.20 Tahun 2003

[46] IbidI, h.81-82

[47] Lexy J Moleong, Metedologi Penelitan Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 31

[48] Ibid., h. 6

[49] Ibid,. h. 168

[50] Suharsini Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineke Cipta, 2010), h. 172

[51] Ibid., h. 199.

[52] Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2007), h. 231

[53] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 206

[54] Lexy J Moleong, Metodologi Penelitan Kualitatif,... h. 103

[55] Ibid, h. 178

[56] Ibid,h. 326

[57] Dokumentasi, Profil SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat Tahun 2017/2018.

[58]Dokumentasi, Profil SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat Tahun 2017/2018.

[59]Dokumentasi, Profil SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat Tahun 2017/2018.

[60]Dokumentasi, Profil SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat Tahun 2017/2018.

[61] Dokumentasi, Profil SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat Tahun 2017/2018.

[62] Dokumentasi; Data sekolah SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat dikutip tanggal 30 September 2017.

[63] Dokumentasi; Profil SMA Islam Abhariyah Tahun Pelajaran 2016/2017

[64]Profil sekolah SMA Islam Abhariyah.

[65] Dokumentasi; Data sekolah SMA Islam Abhariyah Jerneng Terong Tawah Labuapi Lombok Barat dikutip tanggal 30 September 2017.

              [66] Siagian P, Kepemimpinan Teori dan Pengembangannya.. h. 20

[67] Burhanudin, Kepala Sekolah,  Wawancara, Tanggal 5 November 2018.

[68] Ahmad Suta Wijaya, Guru SMA Islam Abhariyah, Wawancara, tanggal 5 November 2018

[69] Suriyani, Waka Sapras, Wawancara,  tanggal 7 November 2018.

[70] Iskandar Junaidi, Guru SMA Islam Abahariyah, Wawancara, tanggal 14 November 2018.

[71] Suharto, Wawancara, tanggal 15 November 2018.

[72] Burhanudin, Kepala Sekolah, Wawancara, tanggal 18 November 2018

[73] Nurul Hidayah, Guru BP/BK,  Wawancara, Tanggal 23 November 2018.

[74] Ahmad Juaini, Waka Kurikulum, Wawancara, tanggal 23 November 2018,

[75] Suharto, Wawancara, tanggal 25 November 2018.

[76] Ahmad Suta wijaya, Staff Tata Usaha, Wawancara, tanggal 25 November 2018

[77] Burhanudin, Kepala Sekolah,  Wawancara, Tanggal 17 November 2018.

[78] Suharto, Wawancara, tanggal 26 November 2018.

[79] Ahmad Juaini, Waka Kurikulum, Wawancara, tanggal 27 November 2018,

[80] Suriyani, Waka Sapras, Wawancara,  tanggal 23 November 2018.

[81] Hadari Nawawi, Pengantar Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 2007) h. 34 

[82] Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara, 1984),h. 33

[83] Ahmad Suta Wijaya, Wawancara, tanggal 3 November 2018

[84] Ahmad Madani, Wawancara, tanggal 4 November 2018

[85] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Konsep, Prinsip dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah (Bandung: Pustaka Educa, 2010),h. 81. 

[86] Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2002), h. 14

[87] Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu,... h. 25

[88] Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompotensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 12.

[89] Burhanudin, Kepala Sekolah,  Wawancara, Tanggal 17 November 2018.

[90] Burhanudin, Kepala Sekolah,  Wawancara, Tanggal 17 November 2018.

[91] Ahmad Juaini, Wakesek Kurikulum,  Wawancara, Tanggal 17 November 2018.

[92] Observasi, tanggal 05 Juni 2018, di SMA Islam Abhariyah.

[93] Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan Konsep, Strategi, dan Aplikasi,( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 43.

[94] Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: BIGRAF Publishing, 2001), h. 51.

 

[95] Burhanudin, Kepala Sekolah,  Wawancara, Tanggal 17 November 2018.

[96] Burhanudin, Kepala Sekolah,  Wawancara, Tanggal 17 November 2018

[97] Observasi, tanggal 24 November 2018 di SMA Islam Abhariyah.

[98] Burhanudin, Kepala Sekolah,  Wawancara, Tanggal 17 November 2018

[99] Ahmad Madani, Wawancara, tanggal 4 November 2018

No comments:

Post a Comment