2.03.2023

Tidak Ada Istilah “Nakal” Dalam Sekolah

So, frem label “nakal” terkadang menjadi kosakata mentok yang sering dipakai atau diucapakan tanpa sadar keluar dari bibir kita. Terlepas saat ini kita mendarmakan diri di dunia Pendidikan formal (sekolah) maupun ketika posisi kita sebagai pendidik dilingkup terkecil..(rumah). Sering sebutan nakal itu melayang menghantam prilaku anak-anak kita yang padahal bisa saja niat mereka ingin mencari sensasi semata.

Terlebih saat sekarang ini dengan banyaknya gelombang pengaruh yang terus menerpa perkembangan mereka (anak-anak didik). Mulai dari pengaruh tontonan, lingkungan pertemanan atau pergaulan sehari-hari bahkan dampak dari situasi yang kurang baik dilingkungan terkecil mereka.

Label nakal sering dijastis bagi anak-anak yang tidak mampu dikendalikan baik secara sikap maupun emosional. Pola yang dilakukan mereka dinilai sebagai tingkah melanggar perintah dan aturan, sebut saja sikap bolos sekolah, tidak PR, onar di kelas, suka jajan saat jam pelajaran, dan masih banyak contoh lainnya. Terkadang jam pelayanan klinik bagi guru BP melebihi jam konsultasi dokter gigi atau atau dokter jantung…(hanya ilustrasi),,,,
Tindak tanduk itu mereka, terkadang membuat kita geleng-geleng kepala dan siap-siap mengelus dada. Jadi lagi-lagi jurus ampuh harus bisa dimiliki pendidik untuk menghadapi situasi siswa semacam itu ya…”sabar”. Dan punya keuletan tingkat tinggi untuk menggiring mereka dalam kerangkeng perubahan kea rah perbaikan sikap dan peribadi.

Namun, apa ya,,,, ada anak diberi label “nakal”? dalam lingkungan sekolah pula…

Dus, untuk mengurai rasa ingin tahu ini…tidak salah mengungkapkan apa anak nakal itu?? Atau kah seseorang itu terlahir nakal?

Menghemat, bukankah setiap manusia terlahir dalam keadaan kosong ya,,jika diibaratkan seperti kertas putih. Rute perjalanan hidup pun dimulai dari nol dan belum tahu apa-apa. Namun, seiring berjalannya waktu terkadang factor-faktor diluar dirinya mempengaruhi perkembangannya baik sikap maupun pemikiran. Sehingga kecendrungan untuk mengikuti naluri perubahan yang diciptakan oleh situasi tersebut..ya..jadi anak si nakal,,,anak si penurut atau sebagaianya….

Banyak kasus yang bisa dijadikan desas desus akibat pola yang kurang tepat bagi anak-anak didik kita. Ambil contoh kasus terjadi di tahun 2019 (Liputan6, 2019). Siswa SD di Jember berusia 13 tahun sering kali mengancam “membunuh guru dan teman-teman sebayanya”. Tidak hanya di sekolah, siswa tersebut juga mendapat cap nakal dari orang tuanya di rumah, dan banyak lainnya.
KBBI (kamus besar Bahasa Indonesia) menyebutkan nakal adalah suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, dan sebagainya, terutama bagi anak-anak) dan definisi kenakalan menurut KBBI merupakan sifat atau perbuatan nakal itu sendiri. Sehingga rentan usia anak-anak menurut psikologi perkembangan yang berumur sekitar 5–11 tahun, setelah itu diikuti dengan fase remaja (Santrock, 2017). Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 menegaskan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (litigasi.co.id, 2020). Apabila perilaku yang destruktif dan mengganggu bagi dirinya maupun orang lain sering terjadi, praktisi mengkategorikan perilaku tersebut sebagai conduct disorders (Santrock, 2017). Dan ketika kenakalan anak sudah dianggap sebagai perilaku yang ilegal, maka anak-anak tersebut dianggap sebagai delinquent. Loeber dan Farrington (2001) mengkategorikan perilaku delinquent ke dalam tiga kategori ;

  1. Children showing persistent disruptive behavior, adalah anak-anak yang menunjukkan perilaku nakal yang menetap. Kategori ini mencakup anak yang sering membolos dan mempunyai perilaku yang sulit diubah;
  2. Other child delinquents, yaitu anak yang menunjukkan perilaku yang berhubungan dengan kekerasan; serta
  3. Serious child delinquents, yakni anak yang pernah melakukan kekerasan serius, seperti pembunuhan, penyerangan parah, pencurian, pemerkosaan, atau pembakaran serius.
Pengaruh apa sih,,membuat mereka nakal?

Teringat pada ungkapan kelasik (pepatah lama) “apa yang ditanam itulah yang dituai” menggabarkan apa alasan kenakalan anak. Faktor lingkungan bisa saja menjadi salah satu faktor kasus-kasus kenakalan anak. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa fakta faktor internal turut mengambil andil dalam kasus ini. Jadi, apa saja hal yang potensial dapat memengaruhi kenakalan anak?. Santrock, (2017) mengurai setidaknya ada emapat faktor utama kenakalan anak sebagai berikut :

  1. Hereditas (Faktor Biologis) : Hereditas yang dimaksud dalam konteks kenakalan anak adalah sesuatu yang diwariskan berupa sifat-sifat hingga intelegensi dari generasi sebelumnya.
  2. Problem Identitas (Faktor Psikologis) ; Menurut Carl Rogers dalam teori kepribadiannya, real self adalah keadaan diri individu saat ini sedangkan ideal self adalah keadaan diri yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Mereka berdalih bahwa ini proses dalam mencari jati diri.
  3. Komunitas ; Nyatanya, melalui beberapa penelitian asumsi-asumsi mengenai teman sebaya yang nakal berpotensi membuat anak lain menjadi nakal benar adanya dan dapat dibuktikan secara saintifik (Bagwell & Bukowski, 2018; Walters, 2019). Mengambil istilah kekinian “salah gaul” Bahasa trennya.
  4. Keluarga ; singkat, labeling keluarga dianggap cukup kuat untuk tempat pulang, berbagi cerita dan keluh kesah. Akan tetapi, sering tidak disangka, alih-alih sebagai rumah keluarga bisa menjadi prediktor kenakalan anak yang bertumpah ruah?
Jadi; Tidak Ada Istilah Anak “Nakal” Dalam Sekolah

Ya,,,jujur tidak tidak setuju juga sih bila ada siswa yang diberi atau dilabeli “nakal”. Meski tidak sedikit guru sering keceplosan memberi label “nakal” ketika ia merasa tidak sanggup mengendalikan mereka atau siswanya. Artinya, ukuran “nakal” tiap guru berbeda-beda. Seharusnya tidak ada yang namanya siswa “nakal”, yang ada ; Siswa yang krisis identitas. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
  • Siswa yang kurang kasih sayang orang tua.
  • Siswa yang mendapat tekanan dari orang tua.
  • Siswa yang mengalami kekerasan dalam lingkungan keluarga.
  • Siswa yang salah bergaul.
Itulah beberapa identifikasi sebab mengapa siswa berperilaku “nakal” saat di sekolah. Saat tahu latar belakang masalah perikau siswa kita, tentunya rasa iba dan kasihan kita kedepankan untuk turut membantu mengarahkan mereka kearah yang lebih baik. Oleh karena itu, sebagai pendidik mulai kita coba untuk menghentikan label negatif kepada siswa, apalagi sebutan “nakal” untuk mereka.

Tips untuk mengatasi label “nakal”, tersebut: 
 
  • Berdo’a untuk anak terebut. Ucapkan namanya setiap kita berdo’a.
  • Menggali informasi lengkap tentang siswa yang dianggap “nakal”.
  • Hilangkan penyebutan “nakal” pada siswa tersebut. Kita tahu ucapan adalah do’a. jika kita mengucapakan kata nakal, secara tidak langsung kita berdo’a agar dia menjadi nakal.
  • Latilah dia dengan rasa tanggung jawab.
  • Apabila siswa tersebut berbuat “nakal”. janganlah diberikan hukuman, Buatlah perjanjian bila siswa tersebut berbuat “nakal”.
  • Berilah dia pilihan. Bila siswa tersebut berbuat baik. Maka, pujilah dia.

No comments:

Post a Comment