4.02.2023

3 CONTOH RESUME YANG LAYAK DI COBA TERKAIT PEMBELAJARAN

MERESUME I

Pengembangan Alat Evaluasi

A.  Pengertian Tes Hasil Belajar

Tes merupakan alat ukur untuk proses pengumpulan data di mana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta didorong untuk menunjukkan kemampuan maksimalnya. Peserta diharuskan mengeluarkan kemampuan semaksimal mungkin agar data yang diperoleh dari hasil jawaban peserta didik benar-benar menunjukkan kemampuannya.

Tes hasil belajar juga merupakan tes penguasaan, karena tes ini berfungsi mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh peserta didik. Tes diujikan setelah peserta didik memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta didik atas materi tersebut. Karenanya, tes hasil belajar yang baik harus Mampu mengukur kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi yang diajarkan. Terkait dengan evaluasi tes hasil belajar tersebut akan mengukur nilai dan efektifitas dari bagian tertentu dalam pendidikan. Dalam dunia pendidikan, tes hasil belajar adalah kegiatan yang sering dilakukan. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam memahami materi-materi pembelajaran. 


Tes hasil belajar merupakan sumber data bagi guru untuk mengetahui berapakah nilai peserta didik. Tes hasil belajar juga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah. Dengan tes tersebut peserta didik dapat mengetahui dimana posisinya jika dibandingkan dengan teman-temannya.

B.  Hubungan Tes dan Tujuan

Ada hubungan langsung antara tujuan pembelajaran dan ukuran penilaian. Dalam kasus ujian kognitif setelah isi pembelajaran dan rincian analisis tugas pertama selesai, maka harus segera menulis pertanyaan evaluasi yang berkaitan dengan isi. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Prosedur ini tampaknya menjadi cara perencanaan yang kuno, tetapi hal tersebut menunjukkan pentingnya hubungan langsung evaluasi dengan tujuan pembelajaran.

Biasanya setelah puas dengan kelengkapan tujuan pembelajaran, maka siap untuk mengembangkan cara-cara mengevaluasinya. Untuk mencapai hal ini, ada dua ide kunci yang sangat penting. Pertama, mendapatkan kesesuaian yang baik antara jenis instrumen dan jenis tujuan. Kedua, pertimbangan menggunakan beberapa sumber data untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang tingkat pencapaian siswa pada tujuan masing-masing dan proses yang terlibat.

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian, maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

C. Menyebutkan Kriteria Tes

1.    Validitas Tes

Validitas tes merupakan sifat terpenting dari tes dalam kaitannya dengan mutu atau kualitas. Tes yang baik memiliki validitas yang tinggi atau baik. Validitas tes adalah kesesuaian hasil dengan kriteria-kriteria yang telah dirumuskan serta sejauh mana sebuah tes dapat mengukurnya. Sebuah alat ukur (tes) dapat dikatakan mempunyai validitas yang baik apabila tes tersebut tepat mengukur kemampuan siswa dengan benar sesuai kenyataan yang ada (sesungguhnya).

Ada 4 (empat) macam validitas tes yang seringkali menjadi perhatian untuk menguji kualitasnya, yaitu: (a) validitas isi; (b) validitas susunan (konstruksi); (c) validitas bandingan; dan (d) validitas ramalan.

2.    Reliabelitas Tes

Reabilitas tes diartikan sebagai sifat konsistensi (keajegan) & ketelitian sebuah tes (alat ukur/instrumen). Sifat konsistensi atau keajegan sebuah tes dapat diperoleh dengan cara memberikan tes yang sama sesudah selang beberapa waktu lamanya siswa yang sama. Dengan kata lain, reliabilitas tes merujuk pada ketetapan (keajegan) nilai yang diperoleh sekelompok siswa pada kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama, ataupun tes serupa yang butir-butir soal penyusunnya ekuivalen (sebanding). Sifat reliabilitas tes merupakan pengecekan terhadap kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari suatu kelompok siswa yang mungkin berubah karena tes itu sendiri.

3.    Daya Pembeda atau Diferensiasi Tes

Sifat tes yang berikutnya adalah daya pembeda atau diferensiasi tes atau tingkat diskriminatif tes. Daya pembeda tes merupakan kemampuan sebuah tes untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan sifat/faktor tertentu yang terdapat pada siswa yang satu dengan yang lain.

4.    Keseimbangan Tes

Sebuah tes yang baik mempunyai sifat seimbang. Keseimbangan merujuk pada tes terdapat semua aspek yang akan diukur. Tidak boleh tes hanya menumpuk pada suatu aspek tertentu sehingga hasil tes benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya harus diungkapkan. Bagian-bagian pembelajaran yang sifatnya penting mendapat porsi yang lebih banyak bila dibandingkan dengan bagian-bagian pembelajaran yang sifat kurang penting.

5.    Efisiensi atau Daya Guna Tes

Sebuah alat ukur atau tes harus memiliki sifat efisien (berdaya guna). Apakah suatu tes akan memberikan informasi yang cukup bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan oleh guru saat menggali informasi tersebut. Contohnya, sebuah tes yang dilakukan secara lisan (oral test) tidak efisien bila dilakukan terhadap 100 siswa kalau hanya untuk mencek sejauh mana siswa telah membaca buku tertentu yang ditugaskan pada mereka.

6.    Obyektivitas Tes

Tes sebaiknya memiliki obyektivitas yang tinggi. Bilapun non-obyektif, maka subyektivitas yang mungkin akan muncul harus dapat diminimalkan. Suatu tes (instrumen) yang memiliki obyektivitas tinggi akan memberikan kemungkinan jawaban siswa benar atau salah saja. Bila unsur subyektivitas terlalu tinggi, maka berarti guru telah melakukan tindakan yang kurang jujur (adil) kepada siswanya sendiri.

7.    Kekhususan Tes

Sifat penting lainnya yang harus dimiliki oleh tes yang baik adalah kekhususan. Kekhususan bermakna: pertanyaan-pertanyaan yang merupakan komponen-komponen tes tersebut hanya akan dapat dijawab oleh siswa-siswa yang mempelajari bahan pembelajaran yang diberikan. Sementara, siswa-siswa yang tidak mempelajari bahan pembelajaran tidak akan dapat menjawabnya.

8.    Tingkat Kesulitan Tes

Tingkat kesulitan tes perlu diperhatikan jika ingin menyusun sebuah tes yang berkualitas. Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan sesuai dengan taraf kemampuan siswa untuk menjawabnya. Guru harus pandai mengira, agar tes yang dibuat tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sulit (sukar).

9.    Tingkat Kepercayaan Tes

Tes harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa-siswa yang berada pada tingkat kemampuan yang sama akan memperoleh hasil yang sama. Tingkat kepercayaan terhadap sebuah tes dikatakan rendah atau tidak baik apabila justru siswa-siswa yang memiliki kemampuan bagus memperoleh nilai jelek dan sebaliknya siswa-siswa berkemampuan kurang bagus memperoleh nilai yang baik.

10. Keadilan Tes

Tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa yang mengikutinya (mengerjakannya) mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh nilai yang baik. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap apa saja yang telah mereka kuasai setelah mengikuti pembelajaran.

11. Alokasi Waktu Tes

Saat menggunakan sebuah tes (alat ukur), guru harus menyediakan alokasi waktu yang wajar (memadai). Tidak kurang, tidak lebih.

D. Menganalisis Kriteria Petunjuk Pengembangan Tes Pengukuran Keberhasilan

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

E.  Menganalisis Jenis Tes

1.    Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaa, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan. Di dalam pengertian tersebut mengandung 2 unsur pentig pertama tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam rangka kegiatan pengukuran. Kedua, di dalam tes terdapat berbagai pertanyaan atau pertanyaan serangkaian tugas yag harus dijawab dab dikerjakan oleh peserta didik. Ketiga tes digunaka untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik. Keempat hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.

2.    Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes tersebut. Tes ini biasanya digunakan untuk ulangan harian, formatif, dan ulangan umum (sumatif). Tes buatan guru ini disusun untuk mengukur tingkat penugasan peserta didik terhadap materi pelajaran yang sudah disampaikan.

3.    Tes baku adalah tes yang sudah memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi berdasarkan percobaan-percobaan terhadap sampel yang cukup besar dan representatif. Disamping itu tes baku telah diklasifikasikan sesuai dengan tingkat kelas dan klasifikasiannya. Tes buku bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam 3 aspek yaitu kedudukan belajar, kemajuan belajar, dan diagnostik. Tes baku juga digunakan untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Dalam mata pelajaran tertentu, artinya jika guru selesai menyelasaiakn salah satu atau beberapa pokok pelajaran guru melakukan ujian kepada siswa.

4.    Tes kelompok adalah tes yang diadakan secara kelompok sehingga guru akan menghadapi sekelompok peserta didik

5.    Tes perseorangan adalah tes yng dilakukan secara perseorangan sehingga guru akan dihadapkan pada seorang peserta didik.

6.    Tes tulisan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk tertulis. Tes tulis ada yang bersifat formal dn non formal. Tes yang bersifat formal adalah jumlah tes testi yang cukup besar yang diselenggarakan oleh panitia resmi yang diangkat oleh Pemerintah. Tes formal ini bertujuan yang lebih luas dan didasarkan pada standar tertentu yang berlaku umum, sedangkan tes nonformal berlaku untuk tujuan tertentu dan lingkungan terbatas yang diselenggarakan langsung oleh pihak pelaksana dalam situasi setengah resmi tanpa melalui institusi resmi. Tes tertulis ada 2 bentuk yakni:

a.    Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk teknik dan gaya yang berbeda antara satu dan lainnya. Tes bentuk uraian merupakan tes yang pertama kali ada. Bentuk uraian ini dapat digunakan untuk mengukur  kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif.

b.    Tes bentuk objektif adalah bentuk tes yang memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti sehingga bisa dilakukan penskoran secara objektif. Sehingga sekalipun pemeriksa berbeda maka akan menghasilkan skor yang relatif sama. Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif skor hanya menggunakan 2 kategori yakni benar dan salah.

7.    Bentuk tes menjodohkan: jenis soal ini hampir sama dengan pilihan ganda hanya saja dalam bentuk tes ini disediakan 2 kolom yang berbeda dimana kolom sebalah kiri berisi sekumpulan pertanyaan dan kolom seblah kanan adalah sekumpulan jawaban dan jumalh jawaban disediakan lebih banyak daripada jenis soal. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidientifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara 2 hal. Makin banyak hubungan premis dengan respons dibuat maka makin baik soal yang disajikan. Kebaikan bentuk tes ini adalah (a)relatif mudah disusun, (b) penskorn udah, objektif dan cepat, (c) dapat digunakan untuk menilai teori dengan penemunya, sebab dan akibatnya, istilah dan definisnya dan (d) materi tes cukup luas. Kelemahannya adalah (a) ada kecenderungan untuk menekankan ingatan saja, (b) kurang baik untuk menilai pengertian guna membuat taksiran.

8.    Bentuk soal melengkapi dan singkat: jenis tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kaliman dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Kebaikan tes ini adalah (a) relatif mudah disusun (b) sangat baik untuk menilai peserta didik yang sesuai dengan fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan terminologi (c) menuntut peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara singkat dan jelas, (d) pemerikasaan lembar jawaban dapat dilakukan dengan objektif. Kelemahannya adalah (a) pada umumnya hanya berkenaan dengan kemampuan mengingat saja sedangkan kemampuan yang lain agak terabaikan (b) pada soal bentuk melengkapi jika titik-titik kosong yang diisi terlalu banyak sehingga peseta didik biasanya sering terkecoh (c) dalam memeriksa lembar jawaban dibutuhkan waktu yang cukup lama.

9.    Bentuk tes lisan adalah tes yang menuntun jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pernyataan atau perintah yang diberikan. Kelebihan tes ini adalah (a) dapat mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyatakan pendapatnya secara langsung, (b) tidak perlu menyusun soal secara terurai cukup poko-pokonya saja, (c) kemungkinan peserta didik menjawab dengn menerka-nerka dapat dihindari. Kelemahan (a) memakan waktu yang cukup banyak apalagi ika peserta didiknya banyak, (b) sering terjadi subjektivitas apabila hanya ada 1 peserta didik dan 1 pendidik.

10. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Stigins (1994) menyatakan bahwa tes tidakan adalah suatu bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk melakukan kegitan khusus di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang didemontrasikan. Kelebihan tes ini dalah (1) satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam bidang ketrampilan (2) sangat baik untuk mencocokan antara teori yang dimiliki peserta didik dengan ketrampilan praktik, (3) dalam pelaksanaanya tidak memungkinkan peserta untuk menyontek, (4) guru dapat mengenal lebih pada karakteristik peserta didik. Kelamahannya adalah (1) memakan waktu yang lama, (2) dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar, (3) cepat membosankan (4) jika tes tindakan sudah menjdi suatu yang rutin maka tidak berarti apa-apa, (5) memerlukan syarat pendukung yang lengkap baik waktu, tenaga maupun biaya.

11. Tes kemampuan adalah tes yang menghendaki peserta didik agar sebagain peserta didik dapat menyelesaikan tes dalam waktu yang disediakan. Sehingga guru harus menghitung waktu pelaksanaan tes yang logis, rasional, dan proposional ketika menyusn kisi-kisi tes.

12. Tes kecepatan adalah kecepatan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu pada waktu atau periode tertentu.

13. Tes formatif adalah jenis tes yang bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini bergun untuk meperbaiki metode pembelajaran sehingga tes ini bukan dibuat untuk mengukur keberhasilan belajar semata tetapi juga untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran.

14. Tes sumatif diberikan pada akhir suatu pelajaran atau akhir semester. Hasilnya digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta didik.

15. Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahpahaman kosnep. Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi materi yang dirasa sulit oleh peserta didik, namun tingkat kesulitan tes ini cenderung rendah.

16. penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dmiliki peserta didik. Untuk mempelajari suatu tes diperlukan sebuah pengetahuan pendukung. Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan menelaah hasil tes penempatan. Apakah peserta didik memerlukan matrikulasi, tambahan pelajaram atau tidak dari hasil tes tersebut. 

 

 

 

No comments:

Post a Comment