Pendidikan adalah Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Dalam hal ini sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Maka dari itu setiap kegiatan pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian pendidikan adalah proses interaksi pendidik dan peserta didik yang memiliki tujuan tertentu.
Pendidikan adalah menyiapkan individu untuk dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri atau memenuhi tuntutan-tuntutan sesuai dengan wilayah tertentu yang senantiasa berubah. Tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan nasiaonal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya pontensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertangung jawab.
Pendidikan nasiaonal berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya pontensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertangung jawab.
Sejalan dengan fungsi pendidikan yang telah diuraikan, maka seluruh mata pelajaran bertujuan mengembangkan potensi siswa, tidak terkecuali dengan mata pelajaran pendidikan pancasila dan kewarga negaraan (PPKn), karena menurut Tilaar (dalam Aunurrahman, 2011: 9), ’’manusia yang berdaya adalah manusia yang dapat berpikir kreatif,yang mandiri, dan yang dapat membangun dirinya dan masyarakatnya’’. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) diharapkan dapat membantu siswa untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas seperti yang telah diuraikan sebelumnya dalam fungsi pendidikan nasional.
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berbeda dengan mata pelajaran lain pada umumnya,karena mata pelajaran PPKn diharapkan dapat membantu siswa untuk memiliki karakter yang sesuai dengan bangsa Indonesia yang terdapat pada ruang lingkup mata pelajaran PPKn berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 adalah “kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara”.
Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berbeda dengan mata pelajaran lain pada umumnya,karena mata pelajaran PPKn diharapkan dapat membantu siswa untuk memiliki karakter yang sesuai dengan bangsa Indonesia yang terdapat pada ruang lingkup mata pelajaran PPKn berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 adalah “kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara”.
Harapan untuk dapat sampai pada ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan, diperlukan adanya usaha guru dalam mengembangkan berbagai metode mengajar yang sesuai dengan kopetensi yang ingin dicapai. Bila tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka yang diperlukan adalah motede yang sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar, kerjasama, dan karakteristik siswa. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa, diperlukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran.
Oleh karena itu, guru harus lebihn kreatif dan inovatis dalam mengembangkan berbagai metode dan media pembelajaran agar dapat merangsang siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar, karena belajar bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penerapan metode yang tepat diharapkan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, efisien, dan meningkatkan interaksi siswa dengan sumber belajar.
Menurut Sudjana (2010: 72), “kegiatan pembelajaran siswa banyak dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru. Jika kegiatan pembelajaran yang dilakukan hanya menuturkan secara lisan pada siswa (caramah), maka kegiatan belajar siswa tidak banyak. Mereka hanya mendengarkan uraian guru dan mencatat”. Dengan demikian menegaskan bahwa apabila guru menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi , maka guru tersebut mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan agen pembelajaran untuk membantu siswa berinteraksi dengan sumber belajar dalam upaya membangun dan mengembangkan kemampuannya.
Interaksi antara siswa dengan sumber belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa, baik berupa hasil belajar , afektif, maupun psikomotorik. Menururut (Purwanto, 2011:42) “Pada belajar, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitife), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil berupa keterampilan (psychomotoric).”
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti di SMPN 5 SAPE pada tanggal 25 Oktober 2016, peneliti menemukan realitas yang terjadi di SMPN 5 Sape adalah tentang permasalahan rendahnya kualitas proses pembelajaran, terutama adalah kemampuan kerja sama siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui teknik pengamatan di SMPN 5 Sape yang dilakukan oleh peneliti yaitu ketika siswa masih duduk dikelas VIII menunjukan rendahnya kerja sama siswa dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) yang ditandai dengan indikator sebagai berikut: (1) siswa tidak berada dalam kelompok selama kerja kelompok. (2) siswa tidak bisa menerima pendapat siswa lain. (3) siswa kurang aktif berinteraksi dengan kelompoknya ketika diskusi berlangsung.
Salah satu penyebab indikator yang menunjukan rendahnya kualitas proses pembelajaran PPKn yang telah disebutkan adalah keterbatasan sarana dan prasarana belajar, yaitu keadaan kelas yang kurang nyaman yang ditandai dengan keadaan kelas yang begitu kotor dan panas, fasilitas kelas yang tidak layak pakai seperti LCD yang rusak, perpustakaan sekolah yang kurang lengkap, dan laboratorium yang kurang memadai.
Rendahnya kualitas proses pembelajaran PPKn tersebut telah berdampak pada rendahnya kualitas hasil belajar dan kerjasama siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dilihat analisis berdasarkan hasil analisis dokumen ulangan mid, nilai yang di peroleh kelas VIII sangat rendah. Koreksi dan penilaian tes seluruh siswa kelas VIII dilakukan oleh peneliti dan diperoleh rata-rata, ketuntasan minimum (KKM) pada mata pelajaran PPKn untuk kelas VIII yang ditetapkan di SMPN 5 Sape adalah 75. Dari siswa, hanya 7 orang siswa yang memperoleh nilai 75. Nilai tertinggi yang dicapai adalah 87, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 15.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan kerja sama siswa dalam pembelajaran PPKn dengan menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAKEM). Pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas VIII diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menikmati proses pembelajaran yang berkualitas, karena pembelajaran akan lebih efektif jika siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kiranya perlu diterapkan motede pembelajaran yang mampu memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran dikelas, khususnya pada mata pelajaran PPKn.
Rendahnya hasil belajar dan kerjasama siswa akan diatasi melalui penerapan metode pembelajaran Kooperatif tipe Think pair share dalam pembelajaran PPKn. Menurut Isjoni (2010:16) “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain “Selanjutnya dikatakan oleh Lie, Slavin (dalam Isjoni, 2010: 17) “pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman (pear teaching).”
Berdasarkan teori dari Isjoni (2011: 78) menyatakan. Think pair share dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Penerapan metode pembelajaran dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas kecerdasan dan kerjasama siswa pada mata pelajaran PPKn yang berjudul “Upaya meningkatkan kecerdasan siswa dan kerjasama siswa kelas VIII SMPN 5 Sape melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share dalam pembelajaran PPKn.”
Oleh karena itu, guru harus lebihn kreatif dan inovatis dalam mengembangkan berbagai metode dan media pembelajaran agar dapat merangsang siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar, karena belajar bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Penerapan metode yang tepat diharapkan dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif, efisien, dan meningkatkan interaksi siswa dengan sumber belajar.
Menurut Sudjana (2010: 72), “kegiatan pembelajaran siswa banyak dipengaruhi oleh kegiatan mengajar guru. Jika kegiatan pembelajaran yang dilakukan hanya menuturkan secara lisan pada siswa (caramah), maka kegiatan belajar siswa tidak banyak. Mereka hanya mendengarkan uraian guru dan mencatat”. Dengan demikian menegaskan bahwa apabila guru menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi , maka guru tersebut mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan agen pembelajaran untuk membantu siswa berinteraksi dengan sumber belajar dalam upaya membangun dan mengembangkan kemampuannya.
Interaksi antara siswa dengan sumber belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa, baik berupa hasil belajar , afektif, maupun psikomotorik. Menururut (Purwanto, 2011:42) “Pada belajar, prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitife), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil berupa keterampilan (psychomotoric).”
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti di SMPN 5 SAPE pada tanggal 25 Oktober 2016, peneliti menemukan realitas yang terjadi di SMPN 5 Sape adalah tentang permasalahan rendahnya kualitas proses pembelajaran, terutama adalah kemampuan kerja sama siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui teknik pengamatan di SMPN 5 Sape yang dilakukan oleh peneliti yaitu ketika siswa masih duduk dikelas VIII menunjukan rendahnya kerja sama siswa dalam pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn) yang ditandai dengan indikator sebagai berikut: (1) siswa tidak berada dalam kelompok selama kerja kelompok. (2) siswa tidak bisa menerima pendapat siswa lain. (3) siswa kurang aktif berinteraksi dengan kelompoknya ketika diskusi berlangsung.
Salah satu penyebab indikator yang menunjukan rendahnya kualitas proses pembelajaran PPKn yang telah disebutkan adalah keterbatasan sarana dan prasarana belajar, yaitu keadaan kelas yang kurang nyaman yang ditandai dengan keadaan kelas yang begitu kotor dan panas, fasilitas kelas yang tidak layak pakai seperti LCD yang rusak, perpustakaan sekolah yang kurang lengkap, dan laboratorium yang kurang memadai.
Rendahnya kualitas proses pembelajaran PPKn tersebut telah berdampak pada rendahnya kualitas hasil belajar dan kerjasama siswa. Rendahnya hasil belajar siswa dilihat analisis berdasarkan hasil analisis dokumen ulangan mid, nilai yang di peroleh kelas VIII sangat rendah. Koreksi dan penilaian tes seluruh siswa kelas VIII dilakukan oleh peneliti dan diperoleh rata-rata, ketuntasan minimum (KKM) pada mata pelajaran PPKn untuk kelas VIII yang ditetapkan di SMPN 5 Sape adalah 75. Dari siswa, hanya 7 orang siswa yang memperoleh nilai 75. Nilai tertinggi yang dicapai adalah 87, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 15.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar dan kerja sama siswa dalam pembelajaran PPKn dengan menerapkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAKEM). Pembelajaran yang dirancang untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dikelas VIII diharapkan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menikmati proses pembelajaran yang berkualitas, karena pembelajaran akan lebih efektif jika siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kiranya perlu diterapkan motede pembelajaran yang mampu memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran dikelas, khususnya pada mata pelajaran PPKn.
Rendahnya hasil belajar dan kerjasama siswa akan diatasi melalui penerapan metode pembelajaran Kooperatif tipe Think pair share dalam pembelajaran PPKn. Menurut Isjoni (2010:16) “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain “Selanjutnya dikatakan oleh Lie, Slavin (dalam Isjoni, 2010: 17) “pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman (pear teaching).”
Berdasarkan teori dari Isjoni (2011: 78) menyatakan. Think pair share dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Penerapan metode pembelajaran dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas kecerdasan dan kerjasama siswa pada mata pelajaran PPKn yang berjudul “Upaya meningkatkan kecerdasan siswa dan kerjasama siswa kelas VIII SMPN 5 Sape melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share dalam pembelajaran PPKn.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa kelas VIII SMPN 5 Sape dalam pembelajaran PPKn?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa kelas VIII SMPN 5 Sape dalam pembelajaran PPKn.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau memberikan acuan pada peneneliti selanjutnya dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair s hare.
1.4.2 Praktis
1. Bagi siswa: meningkatnya hasil belajar dan kerjasama dalam pembelajaran PPKn di kelas VIII SMPN 5 Sape.
2. Bagi guru: melalui pelaksanaan penelitian ini, guru diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share secara efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dan kerjasama siswa kelas VIII dalam pembelajaran PPKn.
3. Bagi sekolah: meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas dan dijadikan sebagai bahan referensi dalam inofasi pembelajaran disekolah.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa kelas VIII SMPN 5 Sape dalam pembelajaran PPKn?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kerjasama siswa kelas VIII SMPN 5 Sape dalam pembelajaran PPKn.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau memberikan acuan pada peneneliti selanjutnya dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair s hare.
1.4.2 Praktis
1. Bagi siswa: meningkatnya hasil belajar dan kerjasama dalam pembelajaran PPKn di kelas VIII SMPN 5 Sape.
2. Bagi guru: melalui pelaksanaan penelitian ini, guru diharapkan dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe think pair share secara efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil belajar dan kerjasama siswa kelas VIII dalam pembelajaran PPKn.
3. Bagi sekolah: meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas dan dijadikan sebagai bahan referensi dalam inofasi pembelajaran disekolah.
No comments:
Post a Comment