1.31.2022

PENULISAN ARTIKEL JURNAL DARI TESIS

Cara mudah buat jurnal yang baik dan benar secara ilmiah

Penulisan jurnal artikel yang benar, ilmiah, yang baik, sistimatik dan berdasarkan struktur penulisan artikel untuk jurnal. Di era pendidikan yang baru, kita membutuhkan jurnal untuk menjadi kebutuhan dasar di berbagai titik seperti promosi, evaluasi kinerja, dll, tetapi proses penulisan jurnal akademik sering membingungkan rekan-rekan profesor/pendidik.

Setiap jurnal yang diterbitkan tidak boleh Ini terpisah dari beberapa aturan atau peraturan tergantung pada apa yang diinginkan penerbit. Kali ini, saya ingin berbagi pengetahuan saya tentang bagaimana penulisan artikel jurnal yang benar. Sebelum melanjutkan pembahasan tentang penulisan artikel jurnal ilmiah, ada baiknya untuk saling mengenal terlebih dahulu.

Tehnik atau cara membuat jurnal ilmiah yang layak jadi referensi

Tujuan  jurnal yaitu untuk mengembangkan  penelitian yang telah ditulis dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang melakukan kegiatan penelitian  sejenis. Biasanya jurnal memiliki panjang 6-8 halaman, tetapi setiap kalimat memiliki nilai ilmiah. Membuat buku harian berbeda dengan menulis surat biasa. Ada beberapa standar yang harus diikuti. Misalnya dalam hal organisasi penulisan bab. Berikut adalah delapan tata letak yang harus Anda miliki di majalah Anda.

Pada umumnya sistimatika (struktur atau susunan) Jurnal yang Benar yakni :Satu, Judul, dua Abstrak, tiga Pendahuluan, empat Bahan dan Metode, lima hasil, enam Pembahasan, tujuh Kesimpulan dan ke delapan Daftar Pustaka.

Contoh penulisan artikel untuk jurnal dari tesis 

PENGARUH MOTIVASI GURU TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR LENTERAHATI ISLAMIC BOARDING SCHOOL

Husnul Faizah1*, A Wahab Jufri 1,2,3, Dadi Setiadi1,2,3

1 Pogram Studi Magister Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Mataram, Indonesia

2 Program Studi Magister Pendidikan IPA, Pascasarjana Universitas Mataram, Indonesia

3 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia

 

*Corresponding Author Email: husnulfaizah1234@gmail.com

 

ABSTRACT

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lentera Hati Islamic Boarding School. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan ex post fakto. Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh guru SD Lentera hati Islamic Boarding School sebanyak 22 orang guru yang sekaligus menjadi sampel penelitian. Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi secara parsial maupun regresi multiple. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lentera Hati Islamic Boarding School. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefesien korelasi r2x1y sebesar 1,119 dan nilai koefesien determinasi r2x2y sebesar 39,7%. Dengan demikian, semakin tinggi literasi motivasi guru, maka semakin tinggi mutu pembelajaran.

Kata Kunci: motivasi guru; mutu pembelajaran; islamic boarding school

 

PENDAHULUAN

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Motivasi guru sangat diharapakan untuk menunjang peran keprofesionalannya sebagai pendidik.

Motivasi guru merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu pembelajaran dengan harapan atau capaian prestasi belajar siswa. Sebab dengan adanya motivasi dari guru maka tumbuhlah minat seorang siswa untuk terus belajar demi tercapainya cita-cita sesuai dengan apa yang diinginkannya. Motivasi jika dikombinasikan dengan proses belajar serta ditunjang oleh gaya belajar, metode, media maupun sarana dan prasarana yang lainnya yang cukup memadai tentu akan menghasilkan output yang berkualitas. Motivasi pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya diarahkan untuk mencapai sesuatu atau bertujuan (Sumiati, 2009). Dalam hal motivasi guru mempengaruhi mutu pembelajaran tidak telepas dari berbagai komponen yang saling terkait satu sama lain. Jika komponen-komponen pendidikan dapat dikelola secara baik maka akan berdampak terhadap mutu proses pembelajaran, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan nasional dan mutu hasil belajar peserta didik.

 Oleh karena itu, Bunyamin (2014) menyatakan bahwa motivasi guru sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Hal ini merupakan salah satu ciri bahwa proses pendidikan dikatakan tercapai apabila siswa mampu membuktikannya dengan sebuah prestasi yang cukup baik. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh motivasi guru dalam belajar baik di sekolah maupun dirumah.

Menurut pendapat Sumdiyah (2014) motivasi kerja guru bisa rendah bisa tinggi. Seseorang guru memiliki motivasi kerja tinggi akan memiliki kemauan keras atau kesungguhan hati untuk mengerjakan tugas-tugasnya, dan akibatnya produktivitasnya akan meningkat. Sebaliknya, seorang guru yang memiliki kerja yang rendah akan kurang memiliki kemauan keras untuk mengerjakan tugas-tugasnya, dan akibatnya produktivitasnya menurun. Sehingga motif merupakan sesuatu yang menjadi dasar dari segala perilaku seseorang. Motif menimbulkan dan mempertahankan aktivitas dan menentukan arah umum perilaku seseorang, dan pada dasarnya motif-motif merupakan sumber terjadinya aksi. Motif memberi arah perilaku, sementara motivasi berfungsi sebabagai penggerak perilaku kearah yang diinginkan. Kuat lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang dilakukan seseorang untuk mecapai suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki orang tersebut. Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang.

Oleh karena itu, diperlukan motivasi guru secara intrinsik mapun ekstrinsik yang merupakan salah satu faktor penentu prestasi belajar siswa. Sebab dengan adanya motivasi dari guru maka tumbuhlah minat seorang siswa untuk terus belajar demi tercapainya cita-cita sesuai dengan yang diinginkannya. Motivasi jika dikombinasikan dengan proses belajar serta ditunjang oleh gaya belajar, metode, media maupun sarana dan prasarana yang lainnya yang cukup memadai tentu akan menghasilkan output yang berkualitas. Motivasi guru merupakan kekuatan internal yang ada dalam dirinya sehingga memiliki keinginan atau semangat yang kuat untuk berusaha maksimal sehingga mencapai keberhasilan dalam melaksanakan peran sebagai pendidik. Motivasi merupakan faktor individual yang mendasari perilaku untuk melakukan upaya dalam mencapai tujuan. Motivasi yang tinggi mendorong guru untuk memberikan perhatian, mengerahkan kemampuan dalam melaksanakan upaya sesuai dengan perannya sebagai pendidik. Motivasi dapat diwujudkan melalui intensitas usaha serta kesediaan melaksanakan aktivitas sesuai tuntutan pekerjaan sehingga mendorong peningkatan mutu atau keberhasilan tugas.

Hal yang sering dihadapi oleh guru-guru adalah kurangnya motivasi sementara mutu pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang terus menerus menuntut peningkatan kualitas terutamama dalam proses belajar mengajar yang dikaikan dengan siswa  (kognitif,  afektif,  atau  psikomotorik),  bahan  ajar,  metodologi  (bervariasi sesuai kemampuan  guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber  daya  lainnya  serta  penciptaan  suasana  yang  kondusif. Mutu pembelajaran mencakup proses pembelajaran yakni perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran di Sekolah Dasar Lenterahati Islamic Boarding School pada tahun pelajaran 2019/2020.

Maka mendorong motivasi guru secara internal dan eksternal, meliputi hasrat untuk mengoptimalkan potensi, kemampuan, keahlian, dan keterampilan untuk mencapai tujuan pendidikan serta kerelaan untuk mengorbankan waktu/tenaga demi kepentingan sekolah serta kesiapan mengambil resiko dalam pekerjaannya, sanggup bekerja dengan baik, mencari umpan balik, dan mempunyai harapan jangka panjang. Diperlukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lenterahati Islamic Boarding School pada tahun pelajaran 2019/2020. Dengan demikian, dilakukan penelitian ini dengan judul Pengaruh Motivasi Guru Terhadap Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar Lenterahati Islamic Boarding School Tahun Pelajaran 2019/2020. Sehingga berguna secara teoritis sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang motivasi guru dan mutu pembelajaran. Dan praktis di harapkan dapat memberikan masukan bagi para pendidik, tenaga pendidik dan peserta didik serta para praktisi pendidikan untuk dijadikan pertimbangan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dibidang yang sama.

 

KAJIAN TEORITIK

a.      Motivasi Guru

        Motivasi merupakan pendorong yang mengubah dalam energi seseorang dalam bentuk aktifitas nyata dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam individu untuk melalukan suatu tindakan dengan cara tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin direncanakan. (Kompri, 2015). Begitu juga Wahjosumidjo (2007) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kepuasan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang itu sendiri (instrinsik) atau faktor diluar diri seseorang (extrinsik).

        Jadi dalam melakukan perbuatan tertentu disebabkan oleh keinginan yang kuat dari seseorang dengan pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar diri seseorang itu sendiri, sehingga terjadilah keputusan untuk melakukan sesuatu tindakan tertentu. Menurut Wibowo (2016) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas, arah, dan usaha terus menerus bagi individu menuju pencapaian tujuan. Motivasi biasanya timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi, tujuan yang ingin dicapai, atau karena adanya harapan yang diinginkan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus menerus dan adanya tujuan. Maka motivasi bisa diartikan sebagai suatu dorongan dari dalam diri seseorang atau individu untuk mencapai tujuan atau kebutuhan bahkan harapan yang diinginkan. Seseorang yang melakukan aktifitas mengajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi instrinstik sangat penting dalam aktifitas mengajar. Namun seseorang yang tidak mempunyai keinginnan untuk beraktivitas dalam mengajar. Dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinstik diperlukan bila motivasi instrinstik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subyek mengajar. Dalam macam-macam motivasi, hanya akan di bahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang di sebut “motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang di sebut “motivasi ekstrinstik”.

1)    Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam buku lain motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya: ingin memahami suatu konsep, ingin memperoleh pengetahuan (Sabri, 2009). Menurut Azhari (2004) bahwa, “faktor-faktor yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik adalah: (1) Adanya kebutuhan, (2) Adanya pengetahuan tentang kemajuan dirinya sendiri, dan (3) Adanya cita-cita atau aspirasi.” Sedangkan Anwar Prabu (2011) menerangkan bahwa, “faktor didalam motivasi intrinsik adalah: (1) kecerdasan, (2) keterampilan dan kecakapan, (3) bakat, (4) kemampuan dan minat, (5) motiv, (6) kesehatan, (7) kepribadian.”

2)    Motivasi ekstrinsik

Muhibbin (2010) berpendapat bahwa, “motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar”. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong keinginan seseorang untuk lebih maju.

        Dalam perspektif  kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan bagi guru karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Perlu ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan seseorang itu dinamis berubah-ubah dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi guru sehingga tidak bersemangat dalam melakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di rumah. Bahwa setiap seseorang tidak sama tingkat motivasi, maka motivasi ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat.

 

b.     Mutu Pembelajaran

        Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Menurut Miarso (2004) bahwa dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Sedangkan pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar, atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain yang dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki suatu kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar yang diperlukan. Gagne (Miarso, 2004) mengungkapkan pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara siswa dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan yang dikelola dengan sengaja agar tercapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Mutu pembelajaran dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya.

        Maka mutu pembelajaran merupakan hal pokok yang harus dibenahi dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Hamalik (2014) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Berkaitan dengan pembelajaran yang bermutu, Mulyono (2009) menyebutkan bahwa konsep mutu pembelajaran mengandung lima rujukan, yaitu: (1). Kesesuaian, (2). Pembelajaran, (3). Efektivitas, (4). Efisiensi, (5). Produktivitas. Pembelajaran yang bermutu akan bermuara pada kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Secara sederhana kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu kemampuan merencanakan pembelajaran, proses pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran. Sehingga pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Mutu pembelajaran merupakan tingkat baik buruknya suatu kadar dan derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya) terhadap suatu proses belajar yang dilaksanakan untuk mengembangkan potensi dari peserta didik dimana peran seorang guru adalah sebagai perencana dan mendesain pembelajaran secara instruksional, menyelenggarakan belajar mengajar (Muhaimin, 2004).

        Dalam rangka merealisasikan konsep tersebut banyak hal yang harus dilakukan oleh para pendidik. Tidak cukup hanya dilakukan secara formalitas masuk kelas, menyampaikan materi, serta ujian. Namun dalam proses pembelajaran di sekolah atau madrasah sangat terikat dengan tujuan pembelajaran. Maka dari itu pembelajaran di sekolah atau madrasah terdapat berbagai perencanaan kegiatan yang mengacu pada pencapaian tujuan yang dikehendaki. Dalam pengelolaan pembelajaran seorang guru dituntut memahami kondisi peserta didik, perancangan dan juga pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan juga pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Seorang guru harus memiliki kepribadian baik yang mampu menjadi teladan bagi peserta didik, dan juga berakhlak mulia. Dalam ranah penyampaian materi pembelajaran guru harus menguasai materi pembelajaran dengan baik dan pengetahuan yang luas. Disisi lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa seorang guru harus bersifat luwes dalam membangun komunikasi baik dengan peserta didik, antar pendidik, tenaga kependidikan, wali murid, maupun masyarakat sekitar (Daryanto, 2013). Beberapa hal tersebut bias dikatakan sebagai syarat utama meningkatnya mutu pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan yang terus berlangsung selama hidup manusia.

Untuk itu, motivasi guru sangat berperan penting dalam pembelajaran, dengan motivasi inilah guru menjadi terdorong untuk meningkatkan profesinya, dan dengan motivasi kualitas pembelajaran dapat diwujudkan dengan baik. Kurangnya motivasi guru secara intrinsik maupun ekstrinsik menyebabkan pengaruh negatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kebanyakan dari guru belum menyadari adanya pengaruh yang signifikan dari motivasi. Motivasi yang kuat dalam diri guru akan meningkatkan minat, kemauan dan semangat yang tinggi. Sehingga tentu akan mempengaruhi pembelajaran yang efektif dan efesien.

Jadi hipotesis dalam penelitian ini juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah, namun belum jawaban yang empirik dengan data. Bahwa terdapat pengaruh motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lenterahati Islamic Boarding School tahun pelajaran 2019/2020.

 

 

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan ex post fakto. Penelitian ex post fakto merupakan penelitian yang mencari hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakukan oleh peneliti (Musfiqon, 2012).

Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh guru SD Lentera hati Islamic Boarding School sebanyak 22 orang guru. Mengingat jumlah keseluruhan populasi adalah 22 orang guru maka penelitian ini dilakukan terhadap keseluruhan populasi (total sampling). Sehingga sampel penelitian ini adalah semua guru SD Lenterahati Islamic Boarding School.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan angket. Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini jenis instrumen yang digunakan berupa angket terbuka dan tertutup (Rating Scale) pada variabel motivasi guru dan mutu pembelajaran dan menggunakan Skala Likert dengan gradasi dan skor penilaian yakni: 1) Selalu diberi skor 4, 2) Sering diberi skor 3, 3) Kadang-kadang diberi skor 2, 4) Tidak Pernah skor 1.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi secara parsial maupun regresi multiple. Sebelum itu dilakukan uji prasyarat seperti uji normalitas, uji liniaritas, uji multikoliniearitas, dan uji heteroskedastisitas.

 

 

 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.     Deskripsi Data Motivasi Guru

Motivasi guru yang dimaksud mencakup motivasi secara instrinsik dan ekstrinsik, yang diperoleh dari sebaran angket pada 22 guru SD Lenterahati Islamic Boarding School. Kemudian ditabulasi sehingga merupakan data yang siap diolah secara statistik. Pendistribusian data tersebut berdasarkan persepsi guru menunjukkan bahwa tingkat distribusi data pada level atau interval disajikan dalam tabel Tabel 1 sebagai berikut.

Interval

Frekuensi

Persentase

Kategori


90 - 100

7

31,8%

Sangat Tinggi

80 - 89

14

64%

Tinggi


65 – 79

1

4,5%

Sedang


55 - 64

-

-

Rendah


0 - 54

-

-

Sangat Rendah

Jumlah

22

100.0



Tabel. 1. Distribusi Level Motivasi Guru Responden

 

 

Berdasarkan Tabel 1. sebaran frekuensi pendapat responden tentang motivasi guru paling tinggi pada interval (80 – 89) sebanyak 14 dengan porsentase 64%. Sedangkan kategori sangat tinggi sebesar 31,8% dengan frekuensi 7 rensponden. Pada kategori sedang persentasenya 4,5%. Pada kategori rendah dan sangat rendah tidak ada. Maka dapat disimpulkan motivasi guru tinggi dan perlu selalu dioptimalkan dalam pelaksanaannya.

Pendistribusian data motivasi guru perindikator disajikan pada gambar 1 berikut.

 

Gambar 1. Sebaran nilai rata-rata indikator motivasi guru (intrinsik dan ekstrinsik).

 

Berdasarkan gambar 1. sebaran nilai rata-rata capaian tiap indikator motivasi guru menunjuk kategori tinggi. Motivasi dengan penilaian terbanyak pada indikator intrinsik mencapai rata-rata 89,49. Sedangkan indikator ekstrinsik mencapai 88,07. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motivasi guru berdasarkan indikator intrinsik sudah dilaksanakan dengan maksimal dan indikator ekstrinsiknya perlu dioptimalkan dalam pelaksanaan.

 

2.     Data Mutu Pembelajaran

Mutu pembelajaran yang dimaksud mencakup perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Data untuk variabel mutu pembelajaran yang diperoleh dari hasil pengisian item pertanyaan oleh 22 responden guru SD Lenterahati Islamic Boarding School. Secara tingkat distribusi data pada level atau interval disajikan pada Tabel 2 berikut.

 

 

Tabel. 2. Distribusi Level Mutu Pembelajaran Responden

Interval

Frekuensi

Persentase

Kategori


90 - 100

5

22,7%

Sangat Tinggi

80 - 89

11

50%

Tinggi


65 – 79

6

27,3%

Sedang


55 - 64

-

-

Rendah


0 - 54

-

-

Sangat Rendah

Jumlah

22

100.0



 

 

Berdasarkan Tabel 2 sebaran frekuensi pendapat responden tentang mutu pembelajaran paling tinggi pada interval (80 – 89) sebanyak 11 dengan persentase 50%. Sedangkan kategori sangat tinggi sebesar 22,7% dengan frekuensi 5 rensponden. Pada kategori sedang persentasenya 27,3% dan pada kategori rendah, sangat rendah tidak ada.

Dan hasil pendistribusian perindikator data disajikan dalam gambar 2 berikut.

            Gambar.2 Sebaran nilai rata-rata indikator mutu pembelajaran

 

Berdasarkan gambar 2 tersebut menunjukkan bahwa indikator mutu pembelajaran memiliki nilai rata-rata berbeda. Indikator mutu pembelajaran dengan penilaian terbanyak adalah indikator perencanaan dengan rata-rata mencapai 86,14. Indikator pelaksanaan pembelajaran mencapai nilai rata-rata 83,75. Sedangakan untuk indikator evaluasi pembelajaran sebesar 84,38. Artinya tiap-tiap indikator dan nilai rata-rata secara keseluruhan indikator mutu pembelajaran tersebut tergolong tinggi. Maka dapat disimpulkan distribusi pendapat responden tentang mutu pembelajaran ideal terlihat dari kategori tinggi, sangat tinggi dan sedang. Meskipun mutu pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik terutama indikator perencanaan pembelajaran. Namun secara pelaksanaan perlu dioptimalkan agar tiap-tiap indikator mutu pembelajaran betul-betul terlaksana dan berkualitas.

 

3.     Pengaruh Motivasi Guru (X2) terhadap Mutu Pembelajaran (Y)

Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapatkan hasil uji regresi linear sederhana diperoleh hasil, seperti pada Tabel 3 berikut.

Tabel. 3. Uji Anova Pengaruh X2 terhadap Y


B

t

Sig.


1 (Constant)

8,517

0,587

0,564


Motivasi Guru

1,119

3,848

0,001


 

Berlandaskan Tabel 3 menunjukan nilai thitung sebesar 3,848 dan lebih besar daripada nilai ttabel sebesar 2,086 sehingga hipotesis (Ha) diterima. Dengan demikian hipotesis terbukti bahwa terdapat pengaruh positif motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lenterahati Islamic Boarding School. Nilai konstanta (a) = 8,517 dan nilai koefisien regresi (b) = 1,119, sehingga persamaan regresi linear sederhananya adalah Y = 8,517 + 1,119 X2 .

Angka-angka pada persamaan di atas dapat diartikan bahwa jika variabel X2 mengalami kenaikan 1, maka variabel Y akan naik sebesar 1,119 atau setiap kenaikan satu konstanta pada variabel motivasi guru maka diikuti pula dengan peningkatan mutu pembelajaran sebesar 1,119. Sedangkan koefisien determinasi (R2) disajikan dalam Tabel 4 berikut.

Tabel 4 R Square


R Square

Adjusted

R Square

Model

0,425

0,397

 

Berdasarkan Tabel 4 di atas untuk mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi motivasi guru terhadap mutu pembelajaran. Adapun R2 sebesar 0,425 dengan nilai Adjusted R square sebesar 0,397 itu artinya motivasi guru mempunyai pengaruh sebesar 39,7% terhadap mutu pembelajaran, sedangkan sisanya sebesar 60,3% dipengaruhi oleh faktor lain.

Motivasi guru merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu pembelajaran dengan harapan atau capaian prestasi belajar siswa. Sebab dengan adanya motivasi dari guru maka tumbuhlah minat seorang siswa untuk terus belajar demi tercapainya cita-cita sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Berdasarkan hal tersebut motivasi guru di SD Lenterahati Islamic Boarding School secara intrinsik maupun extrinsik tergolong tinggi. Hal ini di buktikan dengan nilai keseluruhan rata-rata indikator motivasi guru mencapai 88,8. Dengan capaian nilai rata-rata indikator intrinsik 89,49 dan ekstrinsik 88,07. Pada level atau interval frekuensi 14 responden menunjukkan motivasi guru tergolong kategori tinggi dengan persentase (64%)  meskinpun ada 7 orang guru berpendapat dan masuk level kategori sangat tinggi dengan persentase (31,8%) serata 1 orang guru menyatakan pendapat dengan persentase (4,5%)  dan termasuk kategori sedang. Namaun, berdasarkan sebaran nilai rata-rata indikator motivasi guru menunjukkan bahwa nilai rata-rata indikator intirnsik lebih tinggi dari pada nilai rata-rata indikator ekstrinsik. Artinya keinginan dan dorongan untuk mengoptimalkan potensi, pengetahuan, keahlian dan keterampilan dalam melakukan pekerjaan sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru. Perlu ditingkatkan pada indikator ekstrinsik yakni berani mengambil resiko, bekerja dengan baik dan memiliki harapan jangka panjang. Dengan kata lain, motivasi guru secara intrinsik sudah dilaksanakan dengan maksimal dan perlu dioptimalkan dalam pelaksanaan ekstrinsiknya.

Temuan hasil pada penelitian ini memiliki kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vinathan (2016), Yumte dan Jatmika (2018) dan Wulandari (2019) terkait motivasi guru dengan kesimpulan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan terhadap mutu pembelajaran. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Obi (1997) yang menyatakan bahwa motivasi guru mempengaruhi variabel lain seperti kualitas output, kinerja berkualitas, meningkatkan hasil pendidikan berkualitas dan pengiriman instruksional (pengajaran); kepuasan kerja dan produktivitas guru; semua yang sangat penting untuk menjamin jaminan kualitas dalam sistem pendidikan Maka pada penelitian ini juga menemukan pengaruh positif bagi mutu pembelajaran. Kontribusi motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lenterahati Islamic Boarding School sebesar 39,7% sedangkan sisanya sebesar 60,3% dipengaruhi oleh faktor lain.

Ketika guru memiliki motivasi yang ditunjukan dengan kesungguhan hati menjalankan serta menyelesaikan tugas-tugas secara profesional. Maka semangat untuk meningkatkan kemahiran dan pengetahuan berdampak positif bagi perkembangan pembelajaran peserta didik. Demikian pula menurut Cave dan Mulloy, (2010) mengungkapkan bahwa guru yang bermotivasi tinggi adalah lebih cenderung untuk melibatkan diri dalam melaksanakan program yang berinovatif untuk meningkatkan prestasi pembelajaran murid-murid.

 

 

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pengaruh motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lenterahati Islamic Boarding School tahun pelajaran 2019/2020, maka dapat dikemukakan kesimpulan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi guru terhadap mutu pembelajaran di SD Lenterahati Islamic Boarding School tahun pelajaran 2019/2020. Hal ini dibuktikan dengan N = 22 nilai koefesien korelasi r2x1y sebesar 1,119 dan nilai koefesien determinasi r2x2y sebesar 39,7% Dengan demikian, semakin baik motivasi guru (secara intrinsik maupun ekstrinsik) maka mutu pembelajaran juga semakin tinggi atau baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, A. 2004. Psikologi umum dan Perkembangan. Jakarta: Teraju.

 

Anwar, P, M, A.A.. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

 

Bunyamin, 2014. “Pengaruh Motivasi guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS di SDN Rajagaluh Kidul Kec. Rajagaluh Kab. Majalengka”. Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, Volume 1, p. 2.

 

Cave, A., & Mulloy, M. 2010. “How do cognitive and motivational factors influence teachers’ degree of program implementation?: A qualitative examination of teacher perspectives”. National Forum of Educational Administration and Supervision Journal, 27(4). Retrieved from http://www.nationalforum.com (30 juni 2020).

 

Cushway & Lodge. 1995. Perilaku dan Desain Organisasi (Alih Bahasa; Tjipto Wardoyo). Jakarta. Elex Media Komputindo (kelompok Gramedia).

 

Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif. Bandung: Yrama Widya.

 

Hamalik, O. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

 

Kompri. 2015. Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

 

Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Musfiqon. 2012. Panduan Lengkap Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

 

Mulyono. 2009. Manajemen dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

 

Muhibbin, S. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

 

Miarso, Y. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

 

Obi, E. 1997. Motivasi dan perilaku organisasi. Dalam Ndu, AN; Ocho, LO dan Okeke, BS (Eds.). Dinamika administrasi pendidikan dan manajemen - Perspektif Nigeria. Awka: Penerbit Meks Terbatas.

 

Sunaengsih, C. 2016. “Pengaruh Media Pembelajaran Terhadap Mutu Pembelajaran Pada Sekolah Dasar Terakreditasi A”. Jurnal Mimbar Sekolah Dasar, Vol 3(2), 2016.

 

Siagian, S. P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (edisi ke-27). Bandung: CV. Alfabeta.

 

________. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (edisi ke-14). Bandung: CV. Alfabeta.

 

Suryabrata, S. 2011. Metodologi   Penelitian.   Jakarta:   PT.   Raja Grafindo Persada.

 

Sumdiyah, S. 2014. Meningkatkan Motivasi Mengajar. [Online] Available at: http://widyasaripress.com/index.php?option=com_content&view=article&id=176:meningkatkanmotivasi-mengajar&catid=43:vol-17-no-1-januari-2015-seri-iii (21 Mei 2020).

 

Sabri, M. Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

 

Sardirman, A. M. 2011. Intraksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

 

Sumiati, A., 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

 

Theobald, M. (2006). Meningkatkan motivasi siswa: Strategi untuk SMP dan SMA guru. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

 

Vinathan, T. 2016. “Hubungan Motivasi Guru Dengan Penggunaan ICT Dalam Pengajaran Di Sjk (T) Daerah Kuala Muda Yan”. Proceeding of ICECRS,1 (2016) 1043-1054. http://ojs.umsida.ac.id/index.php/icecrs  (18 oktober 2019).

 

Wibowo. 2016. Manajemen kinerja, edisi kelima. Jakarta: PT. Rajagrafindo.

 

Wahjosumirdjo, 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya (Analisis di bidang pendidikan). Jakarta: PT. Bumi Aksara.

 

Wulandari, T. 2019. Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Kepemimpinan Guru Terhadap Mutu Pembelajaran SMP Negeri di Kota Bandar Lampung. Tesis magister, Universitas Lampung.

 

Yumte, A., Jatmika, D., & Jatmika, D. 2018. “Pengaruh Motivasi Terhadap Mutu Pendidikan Melalui Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Sorong Selatan”. Seminar nasional sistem informasi (SENASIF), 2(1), 1366-1370. https://jurnalfti.unmer.ac.id/index.php/senasif/article/view/135 (3 juni 2020).

 

No comments:

Post a Comment