Skripsi. Peran Guru PPKn Dalam Membina Sikap Solidaritas Sosial Pada Siswa Kelas VII Dan VIII Di Smp Darul Hikmah Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi.Mataram.
ABSTRAK
Aspek sikap sosial terkait sikap solidaritas sosial kurang diperhatikan oleh guru hal ini terlihat dari adanya tindakan siswa yang kurang perduli antar sesama, saling mengejek, memilih-milih teman bermain dan berdiskusi, dan tidak semua siswa memiliki sikap sosial yang baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peran guru PPkn dalam membina sikap solidaritas sosial pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Darul Hikmah Mataram Tahun Pelajajaran 2016/2017.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data yang telah digunakan adalah observasi, wawancara, Dokumentasi. Subyek penelitian yaitu, guru PPKn, guru BK, siswa kelas VII dan VIII, serta kepala sekolah. Analisis data menggunakan model interaktif melalui reduksi data, display,dan kesimpulan.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa; (1) guru PPKn melakukan pendekatan-pendekatan dalam kegiatan pembelajaran seperti memberikan ilmu pengetahuan, mengutamakan membina sikap sesuai nilai-nilai pancasila, melakukan pendekatan emosional kepada siswa baik dalam kelas maupun diluar kelas. Memberi contoh yang baik, membiasakan datang tepat waktu, disiplin, membina siswa melakukan belajar kelompok, melakukan penilaian sikap sesuai acuan K13, memberikan motivasi, atau nasehat, rutin melakukan kegiatan sosial dan keagamaaan, seperti sholat duha, sholat dzuhur dan sholawatan/ yasinan setiap jum,at serta aktif dalam kegiatan hari besar keagamaan islam lainnya, pembinaan sikap juga melalui upacara bendera dengan memberi motifasi dan nasehat, sehingga sikap solidaritas sosial yang tertanam dalam diri siswa kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah juga baik. (2) sikap solidaritas sosial yang dikembangkan siswa dalam lingkungan sekolah menunjukkan bahwa sikap solidaritas sosial yang positif dalam diri siswa yaitu, sikap siswa menanggapi orang lain, tidak terlambat masuk ke sekolah, melaksanakan tugas piket, mengikuti upacara, rajin mengikuti kegiatan Imtaq, yasinan, sholat duha dan kini siswa mempunyai kepedulian sosial, rasa setia kawan yang tinggi. Sedangkan sikap sosial yang negatif atau kurang dimiliki siswa yaitu, masih ada siswa yang datang terlambat, berbicara dengan teman saat proses pembelajaran, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas.
Kata Kunci: Peran Guru PPKn, Sikap Solidaritas Sosial
Scriptions. The Role of PPKn Teachers in Fostering Social Solidarity Attitude In Grade VII And VIII Students In SMP Darul Hikmah Mataram Lesson Year 2016/2017. Thesis. Mataram.
ABSTRACT
Aspects of social attitudes related to social solidarity attitudes less attention by teachers this is seen from the actions of students who do not care about each other, mock each other, choosing friends playing and discussing, and not all students have a good social attitude. The purpose of this study is to determine the role of teachers PPkn in fostering social solidarity attitude in students of class VII and VIII in SMP DarulHikmahMataram Year Pelajajaran 2016/2017.
The research method used is qualitative research with descriptive approach. Data collection that has been used is observation, interview, and documentation. The subjects of the study were, teachers of PPKn, BK teachers, students of grades VII and VIII, and principals. Data analysis uses an interactive model through data reduction, display, and conclusions.
The result of the research shows that; (1) KDP teachers take approaches in learning activities such as providing knowledge, prioritizing attitude based on Pancasila values, taking emotional approaches to students both in class and out of class. To give good examples, to familiarize themselves with timely, discipline, to guide students in group learning, to conduct attitude evaluation according to K13 reference, to provide motivation, or advice, to conduct social activities and religion regularly, such as duha prayer, dzuhur prayer and sholawat / yasinan every jum , as well as active in the activities of other religious festivals, the formation of guidance also through flag ceremonies by giving motivation and advice, so that social solidarity attitude embedded in the students of class VII and VIII SMP DarulHikmah also good. (2) the attitude of social solidarity developed by students in the school environment shows that positive attitude of social solidarity in student that is, student attitude to respond to other person, do not be late to school, performs duty of picket, follow the ceremony, diligently follow activity of Imtaq, yasinan, prayers duha and now students have social care, high sense of friendship. While the negative social attitudes or lack of students that is, there are still students who come late, talking with friends during the learning process, not timely in collecting tasks.
Keywords: Role of KDP Teacher, Social Solidarity Attitude
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam suatu negara, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin, kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan adalah suatu proses interaksi sosial dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan ada perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara edukatif dalam kehidupan masyarakat.
Untuk Mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Sementara itu komisi tentang pendidikan Abad 21 (commission on education for the “21”century), merekomendasikan empat strategi dalam mensukseskan pendidikan: Pertama,learning to learn, yaitu memuat bagaimana pelajar mampu menggali informasi yang ada disekitarnya ; Kedua, Learning to be, yaitu pelajar diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri,serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya; Ketiga, Learning to do, yaitu berupa tindakan atau aksi, untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan saintek; dan Keempat,learning to be together, yaitu memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu untuk menghargai orang lain (Trianto, 2008:2). Kunci terpenting dari tercapainya suatu tujuan pembelajaran adalah terletak pada proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat mengoptimalkan dan memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa.
Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam UU No. 20 tahun 2003 (pasal 3) menyatakan:
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Sebagaimana dijelaskan dan diamanatkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, sangat jelas bahwa pendidikan di Indonesia diharapkan tidak hanya menitik beratkan pada kecerdasan intelektual saja namun penting memperhatikan penanaman nilai-nilai karakter pada siswa dan pengembangan kultur (budaya) sekolah sebagai aspek pembentukan karakter. Namun, dalam kenyataan di lapangan fungsi pembentukan karakter yang diharapkan dalam pendidikan nasional belum terwujud secara optimal. Dalam hal ini pelajaran PPKn sebagai wahana pembinaan perilaku dimaksudkan untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan pembentukan sikap siswa sesuai nilai-nilai pancasila. Guru harus mampu menumbuhkan rasa kebangsaan dari nilai-nilai pancasila salah satunya yaitu dengan membina sikap solidaritas siswa.
Berdasarkan observasi awal di SMP Darul Hikmah Mataram bahwa salah satu tantangan guru dalam pembelajaran PPKn adalah umumnya memfokuskan diri pada upaya menuangkan pengetahuan kepada siswa tanpa memperhatikan Aspek sikap siswa. Di sisi lain, adanya beberapa hambatan mengenai batasan waktu dalam mengajar yang minim karena pencapaian penguasaan materi yang dituntut lebih banyak, sehingga integrasi nilai-nilai Afektif dalam rencana dan pelaksanaan pembelajaran belum seluruhnya berhasil diwujudkan.
Hal tersebut berdampak pada Aspek sikap siswa seperti, kurangnnya kerja sama, komunikasi, kurang menghargai,dan tidak ada rasa solidaritas siswa. Sikap solidaritas di deskripsikan sebagai suatu kepedulian sosial untuk membantu orang lain yang membutuhkan pertolongan dengan empati dan kasih sayang. Deskripsi ini masih perlu dijabarkan lagi dengan jelas agar bisa diimplementasikan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Sitompul Dian (2015:2), Solidaritas sangat sering disalahgunakan. Remaja menjadi cenderung bersikap solider (kompak) untuk melindungi kepentingannya sendiri dalam komunitas. Peran budaya luar lewat media dan gaya hidup tampaknya menyumbang sedikit banyak pengaruh individualisme pada remaja zaman sekarang ini. Gaya hidup yang mulai beralih dari prinsip gotong royong menjadi gaya hidup yang individualistis telah merekomendasi pemahaman remaja terhadap arti solidaritas dalam pergaulan dan lingkungan. Dampak dari solidaritas seperti tingginya rasa empati terhadap sesama teman meskipun dalam hal yang negatif, banyak yang menyalah gunakan pertemanan di kalangan siswa, contohnya saja perkelahian antara pelajar, membuat geng pelajar, bolos, merokok hal-hal tersebut dianggap sebagai sikap solidaritas yang tinggi. Hal-hal seperti ini dapat mengubah kualitas hubungan diantara siswa
Adapun Peran guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa di harapkan mampu menguasai pengetahuan dan keterampilan yang luas dalam merencanakan, mempersiapkan dan mengelola pembelajaran di kelas yang bertujuan untuk mengefektifkan suasana belajar. Guru juga harus Mampu berkomunikasi dengan baik yaitu bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali dari siswa serta bergaul secara santun dengan masyarakat, serta guru harus memberikan contoh teladan yang baik, menanamkan nilai – nilai moral, etika, keagamaan, sopan santun, gotong royong/ kerjasama, sesuai nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
Melalui pembinaan sikap yang dilakukan guru PPkn maka kesalahan makna solidaritas di antara remaja dapat direduksi sehingga anarki remaja yang mengatasnamakan solidaritas dapat dihilangkan. Kunci terpenting dari tercapainya suatu tujuan pembelajaran adalah terletak pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul : “Peran Guru PPKn Dalam Membina Sikap Solidaritas Sosial Pada Siswa Kelas VII Dan VIII di SMP Darul Hikmah Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah Peran Guru PPKn dalam Membina Sikap Solidaritas Sosial Pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017 ?
2. Bagaimanakah Sikap Solidaritas Sosial yang dikembangkan Siswa Kelas VII dan VIII di SMP Darul Hikmah Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk Mengetahui Bagaimana Penerapan Nilai Sikap solidaritas Sosial Yang Terdapat di SMP Darul Hikmah Mataram yaitu, Nilai Kebersamaan, Saling Menghargai, Perduli, Persatuan, Tolong Menolong, Saling Membagi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bermanfaat secara teoritis maupun bermanfaat secara praktis. Untuk lebih spesifik, akan dijelaskan sebagai berikut:
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan khazanah ilmu pengetahuan, mengenai peran guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa serta dapat menambah wawasan dan pengalaman khususnya bagi peneliti dan pembaca pada umumnya dan hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan informasi tentang kajian-kajian teori-teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut.
Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai gambaran yang jelas mengenai sikap solidaritas sosial siswa sehinnga sekolah dapat pengambil kebijakan untuk memotivasi guru agar lebih efektif guna meningkatkan kualitas belajar.
2. Bagi Guru
Memberi wawasan baru bagi guru sebagai masukan kepada guru PPKn untuk meningkatkan mengajarnya sehingga dapat memilih strategi yang tepat untuk membangun sikap solidaritas sosial siswa menjadi lebih baik.
3. Bagi Siswa
Menggambarkan sikap sosial yang ada dikelas mereka agar lebih memahami siswa lain dan menumbuhkan sikap solidaritas sosial siswa.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian yang Digunakan
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan, tujuan, dan tingkat kealamiahan (natural setting) obyek yang diteliti. Sugiyono (2014 : 2-4),
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan mencoba mendeskripsikan serta memahami Peran guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah Mataram tahun pelajaran 2016/2017.
Dalam penelitan kualitatif ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dll. Secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, yatim riyanto (2001: 23). Penelitian deskripstif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran suatu variabel, baik satu variabel atau lebih, tampa membuat perbandingan, atau menghubungkannya dengan variabel yang lain, abdurahman (2011:7).
Dalam penelitian ini data yang akan diteliti adalah Peran Guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial pada siswa kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah Mataram.
Lokasi Penelitian
Adapun yang dimaksud dengan lokasi penelitian disini adalah tempat dilaksanakannya penelitian sehubungan dengan hal itu maka penelitian ini dilaksanakan pada kelas VII dan VIII di SMP Darul Hikmah Mataram. SMP Darul Hikmah Mataram berlokasi di jalan Darul Hikmah Lingkar Selatan Karang Genteng Pagutan, Kota Mataram. Letak geografis SMP Darul Hikmah Mataram dengan batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Timur : Perkampungan Karang Genteng
2) Sebelah Barat : Perkampungan Karang Genteng
3) Sebelah Selatan : Perkampungan Karang Genteng
4) Sebelah Utara : Perkampungan Karang Genteng
Metode Penentuan Subyek
Menurut Sugiyono (2014:216), menyatakan bahwa dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informen, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, kerena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas.
Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan pikiran, maka cukup mempelajari objek atau sumber data. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Sugiyono (2014:218-219) memberikan definisi kedua teknik tersebut sebagai berikut:
Purposive sampling adalah teknik pengumpulan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Sedangkan teknik snowball sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber data, yasng pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.
Hal ini akan berakhir ketika dipilih sampai jenuh, sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles and Huberman dalam Sugiyono (2012: 246) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Subyek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa di SMP Darul Hikmah Mataram. Alasan guru sebagai subyek peneltian yang pertama adalah, karena peran guru di sini sangat penting untuk mengatur segala macam proses pembelajaran dalam Membina Sikap Solidaritas Sosial Siswa SMP Darul Hikmah Mataram, sehingga siswa mampu untuk menjadi manusia yang memiliki moral dan sikap solidaritas sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Alasan memilih siswa sebagai subyek penelitian yang kedua adalah, siswa SMP Darul Hikmah Mataram merupakan sasaran dan penentu keberhasilan apa yang sudah dikerjakan seorang guru. Apakah dengan memberikan materi yang berkaitan dengan pembinaan sikap solidaritas sosial, sehingga siswa mampu memahami dan menerapkannya dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, SMP Darul Hikmah Mataram. Alasan memilih kepala sekolah, sebagai informan adalah untuk mendapatkan data-data yang lebih benar dan sesuai dengan yang terjadi di lapangan agar peneliti tidak mendapatkan data dengan mengada-ada.
Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah tehknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Metode Observasi ( Pengamatan)
Observasi adalah tehnik pengumpulan data dengan cara pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung (melihat atau mengamati sendiri). Sugiyono (2014:145), berpendapat bahwa dari segi pengumpulan data, observasi dapat di bedakan menjadi perticipant observation, (observasi berperan serta) dan non participant observasi, selanjutnya dari segi instrumentasi yang di gunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Observasi terstrutur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang di amati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur di lakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan di amati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruju validitas ndan reliabilitasnya.
b. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan di obsevasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tau secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
Menurut pendapat Arikunto, (2013: 272) bahwa observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen, format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Sedangkan menurut Komang Sundara (2012: 23) observasi adalah partisipan (peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati sebagai sumber data), sehingga sumber data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna setiap perilaku yang tampak.
Jadi, metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian dilapangan. Dengan menggunakan metode observasi ini peneliti bisa mengamati bagaimana Peran seorang guru dengan efektif membina sikap solidaritas sosial siswa di SMP Darul Hikmah Mataram dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa, dan bernegara. dengan cara peneliti langsung berada dilapangan dan mengungkap masalah yang sebenarnya terjadi dilokasi penelitian, menambah wawasan konsepsional yang bersifat empiris, memperoleh data-data baru dan memperdalam pengamatan.
Metode Wawancara
Wawancara (interview), dilakukan dengan mengajukan pertayaan-pertanyaan terbuka,yang memungkinkan informan memberikan jawaban secara terbuka, pertanyaan diarahkan pada mengungkap peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan fokus yang diteliti. Menurut Suharsimi Arikunto, (2013 : 270) secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara, yaitu:
1. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban reponden. Jenis penelitian ini cocok untuk penelitian kasus.
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga meneyerupai check-list.
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang metode/teknik mengajar dan kegiatan apa yang dilakukan guru dalam membina sikap solidaritas sosial siswa SMP Darul Hikmah Mataram. Wawancara harus dilakukan oleh peneliti kepada informan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, Seperti guru serta siswa SMP Darul Hikmah Mataram.
Metode Dokumentasi
Dalam buku prosedur penelitian Arikunto, (2013 : 274) dijelaskan metode dokumentasi yaitu mencari data-data menganai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.
Sugiyono (2014: 240), dengan dokumentasi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kerdibel/ dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, sekolah, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada
Kaitanya dengan penelitian ini pengumpulan dokumen-dokumen sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih maksimal, dengan demikian Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang bersumber dari arsip yang terdapat di SMP Darul Hikmah Mataram yang berkaitan dengan administrasi kegiatan pembelajarn Pendidikan PKn, tehnik ini membantu agar data-data yang diperoleh melalui tehnik pengumpulan data yang lain.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis Data
Jenis data dalam pelaksanaan penelitian pada hakikatnya dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yakni jenis data kualitatif dan jenis data kuantitatif seperti yang tertuang dalam pendapat berikut ini: Data menurut jenisnya ada dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan karateristik berwujud pernyataan atau berupa kata-kata.
2. Data kuantitatif
Data kuantitatif adalah “data yang berwujud angka-angka atau hitungan statistik, Ridwan, ( 2005: 25).
Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis data deskriptif kualitatif merupakan data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar yang tidak dapat diukur nilainya secara langsung yang dinyatakan dalam bentuk tanggapan atau pertanyaan tentang peran guru PPKn dan pola pembinaan sikap solidaritas sosial pada siswa kelas VII dan VIII di SMP Darul Hikmah Mataram tahun pelajaran 2016/2017.
Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah informasi atau subyek dan benda serta situasi lingkungan secara keseluruhan dari mana data-data yang relavan untuk terjawabnya masalah penelitian ini. Sumber data merupakan “suatu informasi yang bersumber dari dokumen tertulis, benda-benda, kejadian atau persitiwa, atau bisa juga melalui wawancara dengan subyek yang diteliti” Nana Sudjana, (2004: 86). Ada dua macam sumber data didalam penelitian ini, yakni antara lain sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan “data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti atau data yang diperoleh langsung pada waktu mengadakan penelitian yaitu di lapangan yang informasinya berasal dari responden dan informan”. Menurut Sugiyono (2012 :225), data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interiview) dan dokumentasi.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2012 : 225), data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data pengumpul data, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan – catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh.
Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh melalui hasil wawancara, sedangkan data sekunder di peroleh melalui pencatatan dokumen-dokumen.
Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014 : 243) bahwa dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Miles and Huberman dalam Sugiyono (2014:246-247), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya lebih jenuh. Aktivitas dalam anisis data, yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukaka, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutny, dan mencarinya bila diperlkan.
2. Penyajian data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, floucart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendsiplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apan yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Verikasi (Conclition Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalh penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tiak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang avlid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang credible. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karana seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Adapun langkah –langkah dalam analisis data (Interaktif Model) ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 3.6. Tehnik Analisis data Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014:247).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti akan menguraikan secara lebih terperinci tentang peran guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa bahwa:
Peran Guru PPKn dalam Membina Sikap Solidaritas Sosial Siswa Kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah Mataram
Peran guru PPKn sebagai transmisi sikap, nilai-nilai- norma-norma dan transformasi kebudayaan dan yang tidak kalah penting bahwa guru PPKn memiliki tugas penting dalam membina sikap solidaritas sosial siswa kelas VII dan VIII yaitu membuat siswa memiliki moral yang baik, menjadi bertanggung jawab, disiplin, perduli dan saling menghargai. Guru PPKn harus ulet dan sabar menghadapi siswa, karena tidak semua siswa memiliki sifat penurut serta patuh. Ada beberapa siswa yang tidak patuh dan memiliki sikap acuh tak acuh terhadap gurunya. Namun semua hal di atas sedikit demi sedikit mulai teratasi karena guru PPKn mampu memberikan teladan yang baik. Adapun peran guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa yaitu :
1. Mempersiapkan perangkat pembelajaran
Memberikan ilmu pengetahuan, mempersiapkan proses kegiatan belajar yang baik, seperti RPP, berdo’a, apersepsi, berdiskusi, memberikan latihan, melakukan penilaian sikap, memberi motifasi, menggunakan bahasa yang baik, serta mengajar secara profesional dengan membina sikap solidaritas sosial siswa yang mengandung nilai-nilai, disiplin, saling menghargai, tenggang rasa, perduli, tolong menolong dan penghargaan terhadap perbedaan di tanamkan terhadap para siswa agar para siswa dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan siswa yang lainnya.
2. Memberikan Pengetahuan Keagamaan (Islam)
Kegiatan bidang keagamaan, merupakan cara efektif membina sikap solidaritas sosial siswa, tingkat keagamaan siswa menjadi meningkat siswa rutin menjalankan shalat duha, sholat zuhur bersama, melakukan yasinan dan imtak hari jum,at dan mengikuti kegiatan hari besar keagamaan lainnya. Sedangkan kegiatan siswa dibidang sosial, yaitu bakti sosial sikap tenggang rasa dan kepedulian siswa semakin meningkat.
3. Memotifasi Siswa
Pendekatan secara emosional selalu dilakukan oleh guru PPKn dengan memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa baik didalam kelas maupun diluar kelas. Pembinaan sikap solidaritas sosial siswa juga dilakukan melalui kegiatan upacara, dimana Kepala Sekolah dan guru menyampaikan amanat atau menyampaikan pesan moral dan kepedulian sosial kepada siswa agar senantiasa melakukan sikap - sikap yang baik. Pemberian nasihat secara langsung menjadi salah satu cara untuk menyampaikan nilai-nilai kepada siswa. Siswa bisa tahu secara langsung terkait hal-hal yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan tolong menolong dan penghargaan terhadap perbedaan di tanamkan terhadap para siswa agar para siswa dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan siswa yang lainnya.
4. Menjadi contoh teladan yang baik
Peran guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah sudah baik, guru menjadi teladan bagi siwa dengan membina sikap solidaritas sosial siswa antara lain, dengan memberikan bimbingan, mendidik, mengarahkan serta mencontohkan kepada siswa sikap solidaritas sosial yang baik dari seorang guru, contohnya jika guru menginginkan siswa memiliki sikap disiplin, maka guru harus memberi contoh dengan disiplin pula misalnya datang ke sekolah tepat waktu. Guru juga bisa menanamkan nilai-nilai positif yang akan didapat jika siswa memiliki sikap sosial dalam diri, contohnya pentingnya sikap tolong menolong dengan sesama teman karena dengan saling tolong-menolong akan mendapatkan manfaat, seperti dapat meringankan beban orang yang telah siswa tolong, akan terjalin tali silaturahmi, sehingga dengan upaya-upaya itu siswa bisa lebih termotivasi untuk memiliki sikap solidaritas sosial yang baik.
5. Memberikan penguatan pendidikan karakter
Pengembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru PPKn di SMP Darul Hikmah Mataram memperhatikan kualitas intelektual dan kualitas moral yang mengarah pada pembentukan watak dan kepribadian. Untuk menanamkan rasa solidaritas sosial pada siswa guru mengintegrasikan pendidikan dan pembentukan karakter, membantu anak didiknya meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan serta menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa peran guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah sudah baik. Pembinaan nilai-nilai solidaritas tersebut bertujuan untuk mendidik para siswa di sekolah agar bisa hidup rukun, damai sejahtera, dilingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Sehingga para siswa sukses menjalani kehidupannya di masa yang akan datang.
Penelitian yang dilakukan oleh Thafril (2013), tentang studi korelasi antara kompetensi sosial guru dengan sikap solidaritas sosial siswa. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kompetensi sosial guru memiliki korelasi yang signifikan dengan sikap solidaritas sosial siswa dalam proses pembelajaran di SMPN 19 Mataram.Tugas dan tanggung jawab guru dalam kompetensi sosial pembelajaran yang baik dilandasi dengan sikap solidaritas yang tinggi sehingga tercapainya hasil belajar yang baik siswa di SMPN 19 Mataram.
Sikap Solidaritas yang dikembangkan Siswa SMP Darul Hikmah Mataram
Sikap solidaritas sosial yang dikembangkan siswa kelas VII dan VIII di SMP Darul Hikmah Mataram. diketahui secara umum sudah baik. Namun Selama melakukan penelitian, diperoleh data terkait sikap solidaritas sosial ada yang positif dan negatif dalam diri siswa kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah Mataram. Berikut akan dibahas tentang sikap solidaritas sosial yang dikembangkan siswa.
Berdasarkan penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa sikap solidaritas sosial siswa kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah sudah baik, siswa menanggapi orang lain dengan baik hal ini ditunjukan oleh siswa saat berkomunikasi dengan guru maupun siswa lain. Siswa juga memiliki kemauan untuk menolong guru dan temannya yang membutuhkan. Sikap sosial siswa dapat dilihat dari bagaimana Perilaku siswa sesuai tuntunan sosial seperti tidak terlambat masuk ke sekolah, siswa masuk ke kelas ketika bel sudah berbunyi, dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas, melaksanakan piket/ kebersihan kelas, Tindakan siswa menanggapi orang lain dapat dilihat dari siswa berbicara sopan, tolong-menolong, Tindakan siswa menolong siswa lain teramati selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Misalnya terdapat siswa yang meminjamkan alat tulis kepada temannya yang lupa membawa alat tulis atau buku.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan dapat ditarik kesimpulannya bahwa:
1. Hasil penelitian diperoleh dari wawancara dengan guru PPKn, siswa, kepala sekolah dan guru BK, sedangkan Metode observasi dan dokumentasi sebagai pelengkap untuk meyakinkan hasil wawancara .Adapun Peran Guru PPKn dalam membina sikap solidaritas sosial siswa kelas VII dan VIII di SMP Darul Hikmah Mataram adalah memberikan ilmu pengetahuan, mengutamakan membina sikap sesuai nilai-nilai pancasila, melakukan pendekatan emosional kepada siswa baik dalam kelas maupun diluar kelas. Memberi contoh perilaku teladan yang baik, membiasakan datang tepat waktu, disiplin, membina siswa melakukan belajar kelompok, melakukan penilaian sikap sesuai acuan K13, memberikan motivasi, atau nasehat, rutin melakukan kegiatan sosial dan keagamaaan, seperti sholat duha, sholat dzuhur dan sholawatan/ yasinan setiap jum,at serta aktif dalam kegiatan hari besar keagamaan islam lainnya, pembinaan sikap juga melalui upacara bendera dengan memberi motifasi dan nasehat.
2. Sikap Solidaritas sosial yang dikembangkan siswa Kelas VII dan VIII SMP Darul Hikmah Mataram yaitu menunjukkan perubahan sikap solidaritas sosial yang baik setelah dilakukan pembinaan oleh guru PPKn adapun sikap solidaritas yang positif yaitu: 1) Menunjukkan sikap disiplin, contohnya adalah tidak terlambat masuk ke sekolah, mengikuti upacara, rajin mengikuti kegiatan Imtaq, yasinan, sholat duha dan kini siswa mempunyai kepedulian sosial yang tinggi. 2) Saling menghargai, saling tolong menolong antara sesama siswa dan guru. 3) Adanya rasa tanggung jawab sosial, melaksanakan tugas piket.
Sedangkan Sikap solidaritas yang masih bernilai negaitif yaitu: 1) Masih ada siswa yang mempunyai kebiasaan terlambat. Siswa sering masuk ke kelas ketika pelajaran sedang berlangsung. 2) Selama proses belajar atau mengerjakan tugas, masih terdapat siswa mengobrol dengan teman sebangku atau yang duduknya dekat. Masih terdapat siswa yang iseng menggangu teman-temannya.
Saran - Saran
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi kepala sekolah, meningkatkan program-program sekolah yang berkaitan dengan pembentukan sikap solidaritas sosial. Misalnya yang berkaitan dengan tata tertib siswa, keteladanan guru, dan penyampaian nasehat saat upacara bendera.
2. Bagi guru, lebih memperhatikan pendidikan anak, pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan IQ saja tetapi juga pendidikan etika dan estetika agar para siswa mempunyai budi pekerti yang baik dan mempunyai sikap solidaritas yang tinggi.
3. Bagi siswa, dapat menjalani proses belajar mengajar dengan tekun dan giat belajar, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan serta dapat lebih meningkatakan sikap solidaritas sosial khususnya di lingkungan sekolah. Sikap yang harus lebih ditingkatkan misalnya; 1) tidak membuat keributan di dalam kelas, 2) tepat waktu mengerjakan tugas, 3) menyukai seluruh siswa di dalam kelas.
4. Bagi sekolah, hendaknya meningkatkan mutu sekolah dan menyediakan fasilitas yang memadai agar mempermudah guru untuk memberikan pengajaran dalam proses belajar mengajar kepada siswa.
5. Bagi penelitian selanjutnya, dapat mengkaji lebih lanjut mengenai sikap sosial siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmman, dkk . 2011. Panduan Praktis Memahami Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Ahmadi Abu, dan Supriyono, Widodo. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Asdi Mahasatya
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipt.
. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Azwar, Saifudin. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chotib, dkk. 2007. Kewarganegaraan 3 Menuju Masyarakat Madani. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Dimyati, dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Daryano. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar Pemahaman dan Pengembangan.Yogyakarta: Gavamedia. 2007.
Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Harianto. 2007. Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga.
Khaelan, Achmad Z. 2007. Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Nasution, Zulkarnain. 2009. Solidaritas Sosial dan Partisipasi Masyarakat Desa Transisi. Malang : UMM Press.
Prayogi Saiful, dkk. 2014. Model-model Pembelajaran Interaktif Berpusat pada Guru. Mataram: Duta Pustaka Ilmu.
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial Dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soekanto Soerjono, dan Sulistyowati. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Sudjana, nana. 2009. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: sinar Baru algensindo.
Sundara, Komang. 2012. Diktat Kuliah Metodologi Penelitian, Universitas Muhammadiyah Mataram
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Research & Development. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.
. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan kedua puluh satu. Bandung: Alfabeta, 2014.
Suparlan. 2006 . Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: hikayat
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Jakarta Pustaka.
Usman Uzer. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT RemajaRosdakarya Offset.
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Wardoyo Sigit M. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan karakter. Bandung: Alfabeta.
Winataputra, Udin S. 2009. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
http//www.portalgaruda.org/article.php?article=334440&val=7834&title.Pengaruh-penerapan-layanan-bimbingan-kelompok-tekni-role-playing-terhadap-perilaku–solidaritas-siswa-dalam-menolong-teman. Diakses10/01/2017
Thafril. 2013. “Studi Korelasi Antara Kompetensi Sosial Guru dengan Sikap Solidaritas Sosial Siswa Kelas VII SMPN 19 Mataram Tahun Ajaran 2012-2013. Progran Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Muhammadiyah Mataram.
Maesaroh, Imas.2008. Peran Sekolah dalam Membentuk Solidaritas
No comments:
Post a Comment