BUDIDAYA TIRAM MUTIARA
EKSPLORASI KEUNGGULAN LOKAL
LOBSTER DARI LOMBOK UNTUK DUNIA
Lobster Apa Adanya Atau Ada Apanya?
1. Pola sebaran benih bening loster
Pola sebaran benih bening lobster dimana tempat lembang pengembangan lobster yaitu di IPEN Internasional, pengembangan lobster dilaksanakan 3x sekali di IUCM (the internasional conference and workshop on lobster biologi dan manajemen) dan sudah dilaksanakan 3 tahun kali 12 sekarang 36 tahun. Sekali lobster bertelur sampai ratusan bahkan ribuan telur yang dihasilkan dari banyaknya telur hanya 1 atau beberapa yang dapat dihitung dikarenakan tersisihkan oleh alam. Sehingga nelayan dapat membudidayakan supaya lobster tidak punah dan dapat di kembangbiakan oleh nelayan sehingga dapat di kembalikan ke alam sehingga lobster tidak akan punah.
Sustainability VS ekonomi 56 kali pada tahun 2016 pemerintah melaksanakan aturan yaitu larangan penangkapan dan pengeluaran lobster, kepiting dan rajungan. Sustainability CS ekonomi dimana pemerintah menerapkan pada tanggal 12 tahun 2020 tidak hanya yaitu tata kelola lobster, kepiting dan rajungan. Lobster bukan berarti lobster petani memiliki protein, bukan member makan orang yang lapar, bukan juga lobster bertani yang dapat mengasilkan uang, gengsi pertanian, dan didorong oleh tradisi Tionghoa dan perepsi.
Banyak diberitakan di surat kabar dan media social bahwa lobster terancam punah. Yang menyebabkan kepunahan lobster yaitu penangkapan induk lobster yang bertelur untuk mengelabui pemerintah nelayan mengeruk telur lobster sehingga berapa calon lobster yang mati.
Pola sebaran budidaya tiram mutiara atau BBL di Alam (source ‘n sink) yaitu non sink populasi (source) di seluruh WPP-NRI merupakan pola kelimpahan BBL yang rendah dalam area sangat luas, sumber rekruitem lobster dewasa (korelasi kuat) dan tingkatan sintasan 0.1 % (1 ekor surviver dari 1000 ekor). Sink populasi yaitu pola kelimpahan BBL yang tinggi dalam area sangat luas, tidak ada korelasi yang kuat antara jumlah dewasa dan BBL dan tingkatan sintasan 0.01 % (1 ekor surviver dari 10.000 ekor) berada di selatan Lombok.
Penyebaran larva pada arus samudera 1000-2000 km dimulai dari Australia menuju Philippina yaitu sink populasi yang menyebabkannya ada 2 yaitu pola penyebarannya dan dan perbanyakan pada tempat tertentu menyebar dibagian Philippina barat menuju Vietnam menyebar di Singapur dan di Indonesia sesuai dengan arus air laut sehingga sedikit lobster yang hidup.
Pengelolaan BBL untuk budidaya lobster dibagi menjadi 2 opsi yaitu:
1. 10.000 benih lobster mendekat ke pantai dibagian area sink population dimana pemerintah melarang penangkapan BBL sehingga lobster akan mengalami kematian oleh alam sebanyak 99.9 % maka akan terdapat 1 individu lobster dewasa maka lobster akan mengalami kepunahan.
2. 10.000 benih lobster mendekat ke pantai dibagian area sink population dimana nelayan menangkap BBL dan di budidayakan dengan SR 70% sehingga nelayan dapat membudidayakan lobster dewasa sebanyak 7.000 ekor dari itu nelayan menyebarkan 2 % lobster dewasa hasil budidaya ke alam sehingga lobster tidak mengalami kepunahan.
Factor penentu peluang sukses investasi dan bisnis budidaya lobster di Indonesia yaitu:
1. Iptek > keterampilan. Ilmu pengetahun dan teknologi
2. Episiensi produksi
3. Pasar.
4. Dinamika politik-ekonomi dan kebijakan pemerintah
Peluang dan tantangan dalam bisnis budidaya lobster
a. Era transisi
b. Kinerja usaha pembesaran rendah
c. Masalah suplai pakan (rucuh/non rucuh dan buatan)
d. Lenih memilih menangkapan BCL karean dibudidaya rendah dengan rasio diberikan pakan
e. SR budidaya masih rendah
f. Kalah efisien dengan produsen tetangga
2. Setatus budidaya lobster
Status budidaya lobster di Indonesia
Sejarah budidaya lobster di Indonesia dimulai pada awal 2012 yaitu sekitar 250.000 peurili di tangkap pertahun pada tahun 2001-2007 dan pada tahun 2008- 2012 pembudidayaan lobster. Pada era tradisional pada tahun 2013- 2014 dan pada orde pembudidayaan pada tahun 2015-2019 dan pada zaman orde paling baru.
Keragaman pembudidayaan lobster di Sumbawa dan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat tidak lebih dari 8000 cukup sedikit dibandingkan dengan Vietnam cukup berat untuk mengejar ketinggalan kita dan KKN memilikin rencana untuk pembudidayaan lobster.
3. Proses pakan buatan
a. Analisis bioekonomi
Fakta dilapangan dari aspek ekonomi yang ada di Lombok tidak dihitung post pakan dan post tenanga kerja SR masih dibilang tinggi dan setiap uang di inpestasikan akan kembali 0,1 sampai 0,2 dan analisis sensitivitasnya kalau harga panennya tinggi itu rentan jika adanya penyakit.
b. Aspek pasar
c. Aspek teknis
1. Padat karya
2. Masa transisi dan transformasi
3. Strabling dengan input dan autput
4. Pasar lemah
5. SR rendah dan PCR sangat tinggi
6. Inkonstensi suplai pakan segar
7. Pakan buatan belum berkembang
8. Qucher cash flowr si bening BCL lebih sexy dan menarik
4. Penyakit lobster budidaya
Penyakit yang bisa muncul pada lobster budidaya :
a. White Spot Disease (WSD)
Penyakit White Spot Disease atau White Spot Syndrome Virus (WSSV) dapat menyerang udang budidaya pada setiap fase hidup dari udang Vaname. Serangan penyakit ini dapat mengakibatkan perubahan bentuk tubuh, ukuran benih yang tidak seragam, pertumbuhan yang lambat, hingga mortalitas.
b. Rickettsia-like Organism
Rickettsia-like Organism atau penyakit Rickettsia Adalah penyakit pada udang yang disebabkan oleh bakteri Rickettsia. Salah satu gejala dari serangan penyakit ini adalah penurunan nafsu makan pada udang dan dalam jangka waktu yang lama. Tentu saja, keadaan tersebut bisa menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani dengan baik.
No comments:
Post a Comment